Makhluk pertama yang melakukan perbandingan dalah Iblis,” Aku diciptaka dari api, semetara Adam diciptkan dari tanah. Sudah jelas, api lebih unggul dari pada tanah.Api mewakili cahaya, tanah mewakili kegelapan. Dari sudut pandang manapun, aku melebihi dia.”
Tuhan menaggapinya ,”tidak demikian. Keunggulan berasal dari penendalian diri dan kebajikan. Dan , pengendalian diri serta kebajikan tidak bias dibandingkan dengan apa pun juga.
Indah sekali!!!
Yang bisa dibandingkan adalah sesuatu yang di ukur, bisa ditimbang, bisa dinilai, baik api, maupun tanah bias diukur. Ada api besar, ada apikecil. Ada tanah banyak, ada tanah sedikit, tetapi, pengendalian diri dan kebajikan tidak bias diukur. Pernyataan seperti,” pengendalian diri dia kurang” atau “ pengendalian diri saya lebih” bias dianggap benar dari segi tata bahasa. Tetapi tidak dari segi penerapannya dalam hidup tidak bisa dibenarkan. Karena , kekurangan se-“sedikit” apapun bisa mencelakakan. Kurang sedikit atau kurang banyak, bahayanya saman. Setetes atau segelas air jeruk nipis merusah susu. Dan kerusakannya sama.
Begitu pula dengan kebajikan—tak dapat diukur. Kita tak bias berbaik hati “sedikit”. Meskipun berbaik hati terhadap kelompoknya, jika seorang mencelakakan kelompok-kelompok lain, dia belum “baik”.
Pengendalian diri dan kebajikan bukanlah warisan duniawi yang bias dinilai, diukur dan dibandingkan.
Diciptakan dari apai atau tanah, so what? Memang kenapa? Bukankah api dan tanah pun ciptaan Allah?....
“Abu jahl tidak beriman, tetapi putranya beriman. Nuh seorang Nabi, tetapi putranya tersesat. Adam diciptakan dari tanah dan wajahnya bercahaya. Engkau diciptakan dari api dan wajahmu hangus terbakar.” Demikian Allah bersabda…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar