Jumat, 11 Juni 2010

WANITA MODERN

Buah Dada, Pusar, Dan Paha
Bentuk Semangat Keterbukaan Wanita Moderen

Realitas kehidupan saat ini menampakkan sosok yang begitu mengerikan, mengharukan, dan menakutkan. Sebuah sosok yang begitu nampak Hiper bagi orang-orang yang berada di pihak yang cinta akan moralitas ketimuran. Tapi sosok yang hiper ini dalam sudut pandang semangat keterbukaan dianggap sebagai suatu hal yang wajar-wajar saja atau malah sosok ini dipandang niscaya. Sosok yang hiper ini sudah terlanjur menjadi wacana yang dominan dalam kehidupan keseharian kita, yang sudah terbentuk sedemikian rupa oleh beberapa kekuasaan yang mendukungnya. Menurut Yasraf Amir Piliang ada tiga logika kekusaan yang saling bertautan mendukung wacana keterbukaan ini menjadi dominan dalam masyarakat, kekuasaan itu adalah kekuasaan produsen, kekuasaan modal, Dan kekuasaan media massa.
Zaman keterbukaan merupakan suatu hal yang dicita-citakan oleh umat manusia manapun, karena dengan semangat keterbukaan ini manusia merasa bebas, merdeka, dan mendapatkan otonominya dalam menafsirkan, menjalani, serta mengevaluasi kehidupannya yang tentunya bersesuaian dengan jaman dan konteks sosial dimana mereka berada. Semangat keterbukaan merupakan suatu jaman yang menandakan bahwa kesadaran umat manusia dalam kesejatiannya akan mendapatkan tempat dalam kehidupan. Zaman ini tidak lagi ditandai dengan semangat budaya Patriarki, yang ditandai dengan model penaklukan terhadap suatu entitas di luar dari kediriannya, tapi zaman ini juga diwarnai dengan budaya Matriarki, yang ditandai dengan gaya kelembutan yang khas. Kehidupan ini ditandai dengan perpaduan yang saling melengkapi tanpa melepaskan identitas kedirian masing-masing. Wanita di zaman ini juga mendapatkan tempat untuk menyampaikan dan menyatakan eksistensi dirinya dengan segala bentuk rasinoalitas yang dimilikinya. Semangat Kartiniisme merebak bagaikan bunga Sakura di musim semi, wanita mendapatkan tempat dimana-mana, mulai dari tingkat atas seperti jabatan Presiden sampai di tingkat paling bawah sekalipun seperti menjadi buruh kasar di Proyek-proyek jalan. Dulu, kalau seorang lelaki mempertanyakan bagaiman sosok wanita idamannya kepada seorang teman lelakinya, maka yang akan terlintas dalam pikirannya adalah sosok wanita yang mampu mengurusi dengan baik wilayah-wilayah domestik (dapur, sumur, dan kasur). Tapi sekarang sangatlah susah mencari wanita idaman yang seperti itu. Wanita sekarang tidak lagi relevan untuk mengurusi wilayah-wilayah domestik saja tapi seorang wanita haruslah berada di wilayah publik pula.
Semangat emansipasi yang didukung oleh gerakan-gerakan feminisme dan gerakan –gerakan gender membawa wanita kederajat yang tinggi. Wanita tidak bisa lagi dipandang sebagai alibi kaum lelaki, wanita tidak cocok lagi dilihat sebagai sosok yang lemah yang tidak memiliki kekuatan apa-apa. Wanita tidak lagi harus tinggal di rumah sebagai perabot atau sebagai alat pajangan, wanita telah mendapatkan tempat di lembaga-lembaga pendidikan, di kantor-kantor, di Televisi, di Bioskop, apalagi di Mall, jelasnya adalah wanita ada dimana-mana.
Zaman memang berubah, tapi apakah memang betul-betul berubah, jangan-jangan perubahan itu hanya menyangkut wilayah permukaan saja tapi tidak menyentuh hal yang subtantif sifatnya. Wanita memang menempatkan dirinya dimana-mana, eksis dalam segala bidang kehidupan, bebas menyuarakan suara hatinya, lantang dalam gerak langkahnya, dan berani dalam penampilan berpakaiannya, tapi apakah betul segala kemerdekaan, kebebasan, dan otonomi yang dimilikinya melaju diatas rel-rel kesadarannya.
Di kehidupan sebelum kita di dunia, seekor ular membujuk Hawa untuk memakan buah Khuldi, Hawapun tergoda.Hawa membujuk Adam untuk memetik buah Khuldi yang disinyalir oleh banyak orang sebagai buah pengetahuan, nampak jelas bahwa dengan inisiatif Hawalah yang membawa Adam dan keturunannya kelak mendapatkan pengetahuan akan benar dan salah, baik buruknya sesuatu, telanjang dan kemaluannya. Adam mendapatkan kemanusiaannya. Umat manusia wajiblah untuk berterimakasih kepada ular Dan Hawa, karena melaluinya Adam dan keturunannya menjadi manusia seutuhnya. Cerita itu adalah suatu hal yang dianggap mitos oleh sebagian orang, tapi melalui cerita itu, kita dapat memperbandingkannya dengan alur cerita kehidupan sekarang. Ideologi Kapitalisme sebagai ularnya, wanita sebagai Hawanya, dan lelaki adalah Adamnya. Tapi kehidupan sekarang tidak mencerminkan subtansi dari cerita tersebut. Kapitalisme memang betul membujuk wanita dan lelaki untuk larut dalam logikanya, tapi sayangnya arah pembujukan itu tidak mengarah lagi kepada nilai-nilai kemanusiaan. Manusia baik wanita maupun lelaki tidak lagi bisa membedakan baik dan buruk, benar dan salah, telanjang dan kemaluan, semuanya bergerak pada keinginan logika Kapitalisme.
Kapitalisme dengan mengusung kategori kemoderenan menjadikan manusia larut dalam ketidaksadarannya, ia dengan ganasnya merubah tatanan keinginan menjadi tatanan kebutuhan. Wanita dengan pakaian yang tertutup yang berada di Twenty One atau di Mall akan dianggap primitif, karena budaya Twenty One Dan Mall menuntut seorang wanita untuk berpakaian sedikit terbuka, Buah dada harus menonjol dengan baju ketat, pusar harus kelihatan, dan paha putihpun harus sedikit dipamerkan. Seorang lelaki tidak lagi harus bersusah payah untuk mengintip disela-sela jendela, dibalik tirai, atau di atas loteng kamar wanita, cukuplah dia ke Twenty One, Mall, SMU-SMU, atau dunia Kampus pastilah dia akan melihat paha putih, buah dada, dan pusar yang diinginkannya.
Sederetan wanita dengan tubuh yang semampai, baju ketat tanpa lengan, dan rok pendek, atau celana ketat dengan sedikit pengetahuan marketing akan lebih mendapatkan tempat dikehidupan dewasa ini dibanding dengan wanita yang memilih berpakaian tertutup dengan tidak menonjolkan tonjolan tubuhnya sedikitpun, bertubuh bongsor dengan segudang pengetahuan filosofis yang dimiliki. Kehidupan dewasa ini lebih berpihak pada keterbukaan tubuh wanita dibanding dengan keterbukaan pengetahuan yang dimiliki wanita yang bertubuh bongsor dengan pakain tertutupnya. Zaman ini, kerja tidak ditandai lagi dengan kerja fisik, tapi kerja ditandai dengan kerja image, dan wanita dengan buah dada, pusar, dan paha putihlah sebagai imagenya (Fukuyama). Kenyataan ini, dengan jelas dapat disaksikan tidak hanya di dunia virtual saja tapi kita bisa melihatnya di Mall-mall, wanita dengan sedikit berani dan agak tersipu mengeksploitasi dirinya sendiri, kasihan!
Kehidupan manusia ditandai dengan kesadarannya dalam menentukan pilihan hidupnya. Dengan kesadarannya manusia dikatakan berbudaya yang diperhadapkan dengan sikap alamiahnya. Tapi kehidupan sekarang tidak memberikan pilihan hidup, ia bergerak secara linear saja, konsekuensinya adalah manusia hanya mengadopsi realitas yang ada diluar dirinya. Segala bentuk kehidupan yang lagi mapan dilumatnya tanpa filteralisasi lagi, takut akan ungkapan kuno, primitif, atau ketinggalan zaman yang akan disandangnya. Keinginan untuk memakai baju ketat, celana ketat, rok pendek, telepon selular, mobil mewah, Putauw, dan segala bentuk citraan lainnya menjadi kebutuhan dikalangan muda sekarang. Menurut Lacan keinginan akan pencitraan itu yang kemudian menjadi kebutuhan diproduksi oleh mesin-mesin hasrat manusia, lalu kalau memang betul mesin hasrat manusialah yang menentukan kehidupannya dimanakah letak kesadaran rasionalitasnya yang dijunjung tinggi dizaman pencerahan dulu.
Di Zaman pencerahan manusia mendapatkan tempat lagi setelah sekian lama terbelenggu oleh kungkungan peradaban yang ditandai dengan sifat Kosmosentris dan Teosentrisnya. Katanya, pada peradaban tersebut manusia hanya sebagai pengikut, penonton, dan hamba sahaya oleh alam dan Tuhan, manusia hanya bisa manggut dan mengiyakan apa kata alam dan Tuhan, apa yang diinginkan oleh alam, manusia haruslah mengikuti, kalau tidak manusia akan tersingkir dengan sendirinya. Tapi peradaban itupun runtuh seiring dengan kesadaran rasionalitas manusia yang menampakkan nyalinya, jadilah manusia yang menentukan nasib kehidupannya sendiri. Roda kehidupan terus berputar sampai pada suatu titik dimana kita hidup sekarang. Kehidupan yang tadinya ditandai dengan semangat rasionalitas seolah memutar haluan lagi, kehidupan manusia kembali ditentukan oleh realitas yang berada di luar dirinya. Kehidupan ini tidak lagi dibentuk oleh kesadaran rasionalitasnya tetapi oleh kehendak naluriahnya, Scopenhouwer seorang filosof skeptis mengatakan bahwa kehidupan ini tidaklah dibentuk oleh kesadaran manusia melainkan oleh kehendak butanya akan sesuatu hal di luar dirinya. Manusia berada pada tingkat alamiahnya lagi, ia bagaikan seorang anak kecil meniru, latah, menjadi Xerox, menjadi mimesis.
Wanita yang berada di Mall sama saja wanita yang bergelut di dunia kampus baik dalam segi pengetahuaannya apalagi dalam gaya berbusananya, yang dipentingkan adalah bagaimana dia bisa disanjung atau menjadi bahan gosip oleh lelaki, bagaimana ia bisa menjadi artis idolanya, atau bagaimana ia bisa bisa memakai produk-produk baru yang tentunya berkelas dan bermerek. Sangat jarang wanita yang berpenampilan ala Britney atau Madonna yang berpengetahuan cemerlang, yang memikirkan tentang dehumanisasi yang terjadi sekarang, malah mereka menjadi pengusung dehumanisasi itu sendiri, sangat jarang wanita memikirkan eksploitasi kediriannya, malah mereka menyambutnya dengan suka cita yang luar biasa. Apakah dengan menggunakan busana yang menonjolkan buah dada, dengan tampilan pusar dan lengan putih, serta pinggul yang montok dan paha putih adalah bentuk atau identitas yang menampilkan eksisten dirinya, atau apakah keterbukaan busana itu merupakan cita-cita yang diinginkan oleh Hawa atau Kartini dulu, Semoga!
Kehidupan zaman ini memang menuntut buah dada, pusar, dan paha putih. Kita harus menyadari itu meskipun agak sedikit terpaksa. Wanita memang terpaksa menerima itu sebagai tuntutan zaman kalau tidak, enyah kau dari kehidupan ini! kata seorang gadis kepadaku. Harapan kita semoga wanita menyadari dan memaknai kehidupannya dengan semangat kesadaran rasionalitasnya, meskipun itu hanya dalam pikirannya. Kamu harus adil (bebas) sejak dari pikiranmu, latihlah terus menerus hingga ia membekas dalam prilakumu (Pramudya Ananta Toer).

Adolf Hitler

Adolf Hitler(-1945)
Adolf Hitler telah dilahirkan disebuah rumah tumpangan "Braunau am" di Austria dan merupakan dari berketurunan Jerman. Ayah Adolf Hitler merupakan seorang pegawai kastam sementara ibunya pula sangat memanjakannya. Hitler tidak begitu cermelang dari segi pelajaran dan tidak begitu menggemari bandar Vienna tempat dia dilahirkan. Hitler sebaliknya lebih mengemari bandar Munich, tempat dia tinggal semenjak 1912. Hitler mempunyai sikap suka termenung, tidak ramah dan mudah mengikut perasaan. Sifatnya ini mungkin terbentuk akibat kekecewaan ketika Hitler menjadi seorang artis di Vienna.
Apabila peperangan Dunia Pertama meletus, Hitler turut serta sebagai penghantar perutusan dalam pasukan Infantari Regimen Bavaria ke 16. Hitler turut terbabit dalam 48 pertempuran dan pernah tercedera dan juga terkena gas beracun. Ketika perletakan senjata 'Armistice' ditandatangani pada 11 November 1918, Hitler sedang dirawat di hospital. Ketika itu Hitler memangku jawatan sebagai lance-koperal.
Hitler pernah menjadi seorang pegawai penyiasat tentera di Munich dan terlibat dengan penyiasatan tentang aktiviti Parti Pekerja German.Disitu Hitler mula berkecimpung dalam politik secara tidak langsung. Hitler kemudiannya berkecimpung secara langsung dalam politik dan menjadi pengerusi kepada Parti Pekerja German pada bulan Julai 1921. Hitler kemudiannya menukar nama Parti Pekerja German kepada Nationalist Socialist German Workers Party (NSDAP) ataupun parti Nazi. Perlahan-lahan parti Nazi terbentuk dengan logo swastika, membenruk pasukan penguatkuasa yang dikenali sebagai 'storm troopers' dan anti Yahudi. Hitler mengecam secara mutlak Perjanjian Perdamaian Versailles dan mereka yang terlibat dengannya. Pada bulan November 1923, Hitler melancarkan 'putsch' percubaan rampasan kuasa di Munich tetapi gagal. Akibat dari itu, Hitler telah dipenjarakan di penjara Landesburg dan apabila dia keluar, Hitler menjadi lebih arif dalam selok belok politik. Hitler masih mengamalkan taktik kekerasan tetapi pada masa yang sama Hitler menjalin hubungan erat dengan pihak konservatif yang ingin menggunakannya sebagai alat menentang ancaman komunis.
Hitler kemudiannya menggunakan kebolehan berpidatonya untuk menjadi ketua parti, dan menukar nama parti kepada parti Nazi 'National Socialist German Labour Party'. Hitler membentuk dasar anti yahudi, anti demokrasi dan kepercayaan kepada kuasa mutlak. Hitler menjalankan dasar memberi sedikit keistimewaan kepada mereka yang menyokong, mengancam mereka yang menentang dan propaganda bersifat patriotik kepada orang awam.

Hanya pada tahun 1929 parti Nazi memenangi majoriti dalam pengundian bandar Coburg, dan kemudiannya memenangi pengundian daerah Thuringia. Bagaimanapun semenjak 1928, Nazi memenangi daerah demi daerah secara berterusan. Dalam pengundian parlimen Reichstag 1928, parti Nazi memenangi 809,000 undian. Pada tahun 1930, parti Nazi memenangi 6,401,016 undi untuk perwakilan Nazi, sementara tahun 1932 sebanyak 13,732,779. Walaupun tidak mendapat majoriti, ini merupakan bukti keberkesanan pengaruh Hitler. Selain itu, sokongan kepada Hitler disebabkan banyak perkara lain termasuk kemelesetan ekonomi yang tenat akibat pembayaran pampasan perang, penghinaan oleh Perjanjian Perdamaian Versailles, dan keinginan oleh rakyat Jerman untuk mempunyai seorang pemimpin yang dapat membawa mereka mencapai kembali kegemilangan yang lampau.
Ekonomi Jerman yang musnah akibat inflasi 1929 - 1934 dan kadar pengangguran sehingga 7,000,000 menyebabkan seluruh industri berhadapan dengan kegagalan dan menjadi muflis. Sepanjang 1930 dan sehingga 30 Januari 1933, undian parti Nazi meningkat secara berterusan dan Presiden Paul von Hindenburg akhirnya melantik Hitler sebagai Perdana Menteri 'Chancellor'. Hitler menggunakan kedudukannya sebagai Chancellor untuk menghapuskan penentang-penentangnya. Pada malam yang dikenali sebagai Malam Pisau Panjang "The Night of the Long Knives" Hitler membunuh semua penentangnya dalam parti Nazi. Hitler juga menyalahkan Komunis dan Yahudi atas kelembapan ekonomi dan berjaya meraih sokongan angkatan tentera dengan melaksanakan polisi melengkapkan peralatan senjata Jerman.
Dia menyelesaikan pengangguran dengan melancarkan projek pembangunan umum dan perlengkapan senjata yang pesat, termasuk pembentukan tentera tetap baru yang besar. Dia menubuhkan Jabatan Buruh Negara Jerman 'German Labour Corps' dan memaksa musuh politik, Yahudi, Komunis, dan Sosialis untuk bekerja keras di kemah tahanan sehingga mati. Hitler berjaya mengobarkan semangat rakyat Jerman yang selama ini muram akibat kalah perang. Hitler kini mendapat sokong penuh semangat oleh kebanyakan rakyat Jerman. Di bawah pemerintahan diktaktor Hitler dan parti Nazi, rakyat Jerman bersatu. Hitler membakar semangat rakyat Jerman dengan pencapaian hebatnya. Parti Nazi terus menerima sokongan umum walaupun Komunis menolak dakwaan parti Nazi bahawa ia merupakan parti yang mementingkan orang ramai 'sosialis'. Parti Nazi telah membina lebuhraya sepanjang 1,500 batu, menjanjikan rancangan kereta murah untuk rakyat, kemudahan untuk pekerja, termasuk rancangan pembangunan bandar Jerman yang hebat. Setelah mengalami masalah pengangguran dan kesempitan ekonomi, pencapaian dan janji Hitler menyebabkan rakyat biasa Jerman menjadi bangga dan menguatkan lagi sokongan kepada Hitler.
Polisi negara asing Hitler memukau rakyat Jerman dan negara asing. Dengan mempamirkan kekuatan ketenteraan Jerman, Hitler merampas daerah Saar, Rhineland, Austria and Sudetenland and Memel. Hitler berazam untuk mendirikan Reich Ketiga 'Persekutuan Ketiga' seperti yang pernah didirikan oleh Reich Pertama Empire Roman Suci 962 - 1806, Reich Kedua 1817 - 1918. Dengan itu, dalam satu perjumpaan 29 September 1938 di Fuhrerhaus, Munich, Jerman, dengan Perdana Menteri Neville Chamberlain dari Great Britain; Premier Edouard Daladier dari France; and Diktator Benito Mussolini dari Italy, Hitler memansuhkan Perjanjian Versailles.
Hitler kemudiannya menakluk Austria dan pada musim panas dan awal musim luruh Hitler bertindak mengancam Czechoslovakia, memaksa Czechoslovakia untuk menyerah tanpa pertumpahan darah dan menjadikan bekas presiden Czechoslovakia, Eduoard Bones sebagai orangan buangan daripada negara yang pernah dibentuk olehnya sendiri. Czechoslovakia menjadi negara yang tunduk kepada Jerman. Hitler berjaya berbuat sesuka hatinya di Eropah Barat disebabkan oleh keakuran British dan kemudiannya Perancis untuk memenuhi keinginannya dengan harapan Hitler akan berhenti setelah mencapai segala maksudnya. Ini disebabkan pihak British dan Perancis sudah serik dengan peperangan Dunia Pertama dan ingin mengelakkan peperangan sekali lagi. Pada akhir 1938, ternyata polisi keamanan dengan maruah "peace with honor" yang diamalkan oleh Perdana Menteri Neville Chamberlain dari Great Britain gagal. Ramai rakyat British, diketuai oleh Churchill mempersoal dan memberi amaran akibat buruk tentang polisi memuaskan hati Hitler. Dikalangan rakyat Perancis juga timbul perasaan bahawa Premier Edouard Daladier telah menjadikan Perancis sebagai kuasa kelas kedua dengan hanya menandatangani perjanjian Munich.
Adolf Hitler mengancam seluruh Eropah dengan kekuatan ketenteraan Jerman dan pada akhir tahun 1938, Hitler telah menguasai tambahan 10,500,000 orang (7,000,000 Austrian, 3,500,000 Sudeten) di bawah pemerintahannya, menjadikannya sebagai pemerintah mutlak yang paling merbahaya diseluruh dunia pada masa itu. Pengaruh Hitler melampaui sempadan Jerman dan negara-negara jiran yang kecil seperti Denmark, Norway, Czechoslovakia, Lithuania, Negara-negara Balkan, Luxembourg, Belanda 'Netherland' bimbang untuk membantah perbuatannya. Parti Nazi terlibat terang-terangan di Sepanyol, memulatak pemberontakan di Brazil, dan membantu kebangkitan di Romania, Hungary, Poland dan Lithuania. Aktiviti Hitler mendapat tentangan hebat oleh pencinta kebebasan dan parti Nazi mendapati ianya merbahaya kepada keselamatan mereka. Menteri propoganda Hitler, Paul Joseph Goebbels melancarkan peperangan terhadap kebebasan bersuara dengan menuduh mereka sebagai komunis dan melancarkan propaganda hancurkan komunis "Down with Communism!". Pendidikan di Jerman hanyalah pelajaran wajib tentang parti Nazi. Kesemua tekanan ini menjadikan semakin ramai yang tidak tahan dengan tindak-tanduk Nazi bertindak meninggalkan Jerman. Mereka termasuk puak Yahudi, liberal, konservatif, Khatolik, dan Protestan. Jerman menjadi negara ketenteraan di mana kanak-kanak belajar melontar bom tangan, wanita dianggap hanya sebagai alat untuk beranak.

Pada permulaan kebangkitan Hitler menjadi Chancellor, dia mendapat sokongan dari kapitalis Jerman dan ahli perniagaan menyokong parti Nazi sebagai satu cara menyelamatkan perniagaan mereka yang tenat. Tetapi apabila mereka berjaya mereka mendapati kepercayaan Nazi bahawa individual kepunyaan negara mula dikenakan kepada perniagaan. Sesetengah perniagaan dirampas sementara yang lain dikenakan cukai modal dan keuntungan dikawal dengan tegas. Untuk memberi gambaran jelas tentang kawalan kerajaan keatas perindustrian Jerman pada tahun 1938, dianggarkan 80% daripada semua bangunan dan 50% dari permintaan industri di Jerman datangnya daripada kerajaan.

Apabila Jerman menguasai Austria, ia terpaksa menampung pertambahan penduduk seramai 7,000,000 orang dan apabila Jerman menguasai Sudeten yang berada di sempadan Jermany dan Czechoslovakia, terdapat tambahan 3,500,000 orang perlu dijaga. Jerman tertekan untuk membekalkan makanan dan duit, oleh itu regim Nazi merampas tanah ladang dan melaksanakan pertanian kongsi menyerupai yang dilaksanakan oleh parti komunis Russia. Pada akhir 1938 terdapat banyak tanda bahawa ekonomi Nazi berasaskan sistem barter, kawalan pertukaran asing, taraf hidup yang lebih rendah, dan berdikari sepenuhnya telah menemui gagal. Hitler cuba mengalih perhatian rakyat Jerman daripada masalah tersebut dengan menyuruh menteri propagandanya Paul Joseph Goebbels untuk menyerang musuh yang sebenar atau khayalan. Sungguhpun begitu, dalam tempoh lima tahun, Hitler berjaya meningkatkan Jerman sebagai salah satu kuasa besar ketenteraan dunia. Ini termasuk membina senjata moden seperti angkatan kereta kebal, angkatan kapal selam, konsep serangan kilat (blitzkrieg), dan pakatan ketenteraan dengan Jepun dan Turki.
Pada September 1939, Hitler menyerang Poland dengan serangan taktik blitzkrieg (serangan darat, udara yang melampau dan mengejut) mencapai kejayaan yang memeranjatkan musuh dan generalnya sendiri. Serangan terhadap Poland bagaimanapun menyebabkan musuh-musuhnya kini bertindak balas dan pihak British dan Perancis mengumumkan perang terhadap Jerman. Kejayaan awal Hitler menjadikannya terlalu yakin dan mengambil alih pemerintahan tentera Jerman pada Disember 1941. Hitler mengganggu cara para jeneralnya merancang peperangan dan terlalu mempercayai kepada keberkesanaan senjata sulit, dan kepada ramalan kaji bintang. Setelah lama berperang dan setelah mengalami kekalahan di setiap medan pertempuran, Hitler menyedari bahawa kekalahan sudah tidak dapat dielakkan. Hitler kemudiannya mengahwini wanita simpanannya Eve, dan kemudiannya membunuh diri bersama-sama pada 30 April 1945. Mayatnya dibakar untuk mengelak daripada jatuh ketangan musuh.






Hitler Mengistruksikan Penyerangan Kedua ke Soviet
62 tahun yang lalu, pada tanggal 2 Oktober 1941, Adolf Hitler mengeluarkan perintah kepada pasukan Nazi Jerman untuk melakukan serangan kedua terhadap Uni Soviet. Dalam serangan Jerman yang pertama, yang dimulai tanggal 22 Juni 1941, Jerman berhasil menduduki sebagian wilayah Soviet. Tujuan serangan kedua ini adalah untuk menguasai wilayah lainnya, terutama kota Moskow, ibu kota Soviet. Namun, perlawanan kuat dari tentara Merah Soviet, ditambah karena suplai senjata dari sekutunya serta datangnya musim dingin yang sangat dahsyat, membuat tentara Jerman kewalahan. Akhirnya, pada tahun 1944, tentara Jerman terpaksa mundur dari wilayah Uni Soviet.
Konspirasi di Balik Isu Anti Semitisme
Tanggal 14 mei mengingatkan kita kepada peristiwa pahit dan mengenaskan dalam sejarah dunia khususnya di Timur Tengah. 14 Mei tahun 1948, orang-orang zionis mengumumkan berdirinya negara Israel setelah bertahun-tahun melakukan pembunuhan dan pengusiran rakyat Palestina dari negeri mereka.
Dengan berdirinya rezim Zionis Israel, krisis pendudukan Palestina memasuki tahap baru dengan watak kolonialisme yang tinggi. Sejak saat itu, kaum Zionismakin getol melakukan pembunuhan rakyat Palestina dan penyerangan ke sejumlah negara di kawasan. Setelah 56 tahun berlalu, rezim Israel masih melakukan aksi teror, pembunuhan, dan pendudukan di Palestina dengan cara-cara yang paling kotor dan keji. Semua itu semakin memperuncing krisis di timur tengah.
Dengan segala kezaliman dan diskriminasi yang dilakukannya terhadap rakyat Palestina, kaum zionis tetap berupaya mengesankan ketertindasan mereka di dunia. Bisa dikata, memang hal ini merupakan salah satu cara Kaum Zionis untuk mengelabui opini umum dunia supaya memberikan dukungan kepada Israel. Sungguh menggelikan dan sekaligus tragis. Sebagai senjatanya, kaum Zionis mengangkat isu ‘Anti Semitisme’ yang berkembang luas pada abad ke 19 dan awal abad ke 20 di Eropa, di saat itu warga Eropa dengan berbagai alasan termasuk perselisihan agama, mengusir orang-orang Yahudi.
Pada awal abad ke 20, para pemimpin Zionis dunia menganggap isu anti semitisme sebagai satu isu yang menguntungkan mereka untuk dapat mengumpulkan orang-orang Yahudi di negeri Palestina, demi menghindari praktek kekerasan orang-orang Eropah terhadap mereka. Orang-orang Zionis dengan penipuan dan distorsi mereka, menyebut umat Yahudi sebagai bangsa yang memerlukan sebuah negeri yaitu Palestina. Karenanya, orang-orang Arab harus disingkirkan dari Palestina. Dalam hal ini Pemimpin Nazi Jerman, Adolf Hitler, memiliki jasa sangat besar kepada gerakan zionisme dunia. Dengan sikap kerasnya yang berlebihan terhadap umat Yahudi dan menyebut ras mereka sebagai ras paling hina, Hitler menyekap orang-orang Yahudi di kamp-kamp konsentrasi.
Selepas perang dunia kedua, orang-orang yahudi memanipulasi praktek kekerasan yang dilakukan Hitler. Dengan bantuan media massa dan rezim-rezim Barat, mereka menciptakan pembohongan sejarah yang dikemas dalam bentuk mitos peristiwa Holocausts. Berlandaskan mitos ini, Hitler digambarkan telah membakar enam juta orang Yahudi dalam kamp-kamp konsentrasi dan kamar gas. Mitos ini berhasil membuat warga Eropa dan Amerika mendukung dan membela orang-orang Zionis. Akibatnya, warga Eropa dan Amerika tidak menunjukkan reaksi apapun ketika kaum Zionis mengumumkan berdirinya rezim Israel di negeri Palestina, tiga tahun selepas berakhirnya perang dunia kedua. Manipulasi kisah kekejaman Hilter terhadap umat Yahudi yang lantas menjadi pembuka jalan bagi terbentuknya Israel membuat sebagian ahli meyakini adanya konspirasi antara Hitler dan kaum Zionis. Apalagi ada sejumlah dokumen yang mengarah ke sana.
Tidak berapa lama, sejumlah peneliti dan penulis yang berpikiran bebas dapat menangkap adanya makar besar Zionis di balik isu pembunuhan massal yang dilakukan Hitler. Untuk menguatkan bantahan terhadap mitos pembantaian Yahudi, para peneliti dan penulis itu membawakan sederet dokumen dan bukti yang kuat. Professor Roger Garaudy, cendikiawan Perancis dalam bukunya yang berjudul ‘Mitos-mitos Pendiri Israel’ mengemukakan sejumlah alasan untuk menolak kebenaran peristiwa Holocaust.
Bukti paling nyata adalah bahwa selama perang dunia kedua, umat Yahudi yang tinggal di seluruh Eropa tidak melebihi jumlah 6 juta orang. Lois Marschalko penulis dari Hungaria dalam bukunya berjudul ‘Para Pemenang Perang” menulis: Jumlah sesungguhnya umat Yahudi yang ada dalam jangkauan tangan Hitler dan Himler ketua badan intelegen dan keamanan Nazi, adalah antara 1 hingga 1,5 juta orang. Karena itu jumlah orang Yahudi yang tewas pada saat itu tidak akan lebih dari 500 atau 600 ribu orang.
Professor Rober Farisun, penulis Prancis telah melakukan penelitian ilmiah luas mengenai peristiwa pembantaian umat Yahudi oleh Hitler. Hasil penelitian itu ditulisnya dalam sebuah makalah di surat kabar Le Monde tahun 1978. dalam makalah itu ia menyatakan, ‘Bertahun-tahun lamanya saya melakukan pencarian yang sia-sia. Saya mencari seseorang yang menyaksikan sendiri kamar-kamar gas dan kamp konsentrasi Nazi. Saya juga mencari bukti dan dokumen yang benar dan asli dan saya akan puas hanya dengan satu bukti. Sayangnya satupun bukti tidak saya dapati. Sebaliknya saya memperoleh banyak dokumen palsu. Setelah melakukan penelitian, saya terpaksa berhadapan dengan gangguan, permusuhan, penghinaan dan bahkan pemukulan dan pengadilan.”
Bukan professor Farisun saja yang dihukum karena menyingkap kebohongan peristiwa Holocaust ini. Sejumlah cendikiawan, peneliti dan wartawan juga telah dihukum karena keberanian mereka menyingkap pembohongan besar ini. Mereka diseret ke pengadilan dan diberhentikan dari pekerjaan. Hukuman itu dijatuhkan kepada mereka agar orang-orang lain mengambil pelajaran dan tidak melakukan kesalahan yang sama.
Perlakuan keras terhadap para peneliti Barat dalam kasus pembunuhan orang-orang Yahudi di kamp konsentrasi Hitler ini, menunjukkan sejauh mana orang-orang Zionis bersikeras untuk tetap mengesankan ketertindasan mereka. Hal ini juga memperlihatkan sejauh mana infiltrasi zionis dunia dalam pemerintahan di Eropa sehingga mereka bersedia menginjak-injak slogan demokrasi dan HAM yang mereka dengungkan dan mengorbankan warga mereka untuk kepentingan zionis. Jika kita ingin melihat contoh lain infiltrasi zionis terhadap pemerintah Eropa khususnya menyangkut isu anti semitisme, kita bisa melihat hasil sebuah polling di Eropa dan dampaknya. Dalam polling yang dilakukan pada bulan Oktober tahun 2003 oleh komisi Eropa, 59 persen responden Eropa menyebut rezim zionis sebagai ancaman terbesar bagi perdamaian dunia.
Hasil polling ini sangat memukul kaum zionis. Permintaan maaf sejumlah pemimpin Eropa kepada Rezim Zionis tetap dirasa tidak cukup. Perdana Menteri rezim Zionis Israel, Ariel Sharon, dalam sidang Knesset berkata: Eropa harus mengakui bahwa benih sentimen anti semitisme kembali hidup dan perkembangannya sangat mengkhawatirkan.
Pada beberapa bulan terakhir, sejumlah konferensi digelar untuk menyelidiki tingkat penentangan rakyat Eropa terhadap rezim zionis dan Yahudi. Konferensi yang terpenting adalah seminar yang diselenggarakan pada tanggal 28 dan 29 April lalu di Berlin ibukota Jerman yang juga dihadiri oleh para petinggi Israel.
Melalui Konferensi Berlin ini, kaum Zionis berupaya mengesahkan bahwa kritik apapun yang dialamatkan kepada Israel adalah tindakan anti semitisme dan bisa dikenakan hukuman. Sayangnya, Eropa menyambut dan menerima pandangan rasialis dan bertentangan dengan kebebasan ini. Padahal, kekejaman dan sepak terang rezim zionis, tidak ada kaitannya dengan agama Yahudi. Banyak kalangan dari dalam tubuh umat Yahudi yang tidak bisa menerima eksistensi rezim zionis Israel dan kepercayaan-kepercayaannya yang menyimpang.
Yang lebih menyakitkan, negara-negara Eropa yang menyatakan khawatir atas sentimen anti semitisme dan tidak bisa menolerir sikap anti zionisme, memilih untuk bersikap lain terhadap umat Islam. Lebih dari sekedar sikap diskriminasi terhadap umat Islam, negara-negara Eropa sama sekali tidak menunjukkan kekhawatiran terhadap sikap anti Islam. Mereka bahkan turut terlibat dalam menekan umat Islam.
Sebenarnya apa yang diyakini oleh opini umum Eropa tidak menunjukkan peningkatan sentimen anti Yahudi, tetapi lebih banyak didasari oleh politik tangan besi dan kejahatan yang dilakukan rezim zionis Israel terhadap rakyat Palestina. Reaksi ini sebenarnya wajar, mengingat, setiap orang yang berpandangan bebas akan mengecam tindakan kaum Zionis yang melakukan pembunuhan terhadap wanita, lelaki dan anak-anak Palestina. Manusia membenci kezaliman, agresi dan pendudukan. Tidak diragukan lagi bahwa rezim zionis akan tetap menggunakan isu anti semitisme dan kesan ketertindasan umat Yahudi dalam menghadapi serangan protes bertubi-tubi terhadap apa yang mereka lakukan di Palestina.

Eksplorasi dan Rekonstruksi Wacana dalam Praksis Studi Kebudayaan

Eksplorasi & Rekonstruksi Wacana dalam Praksis Studi Kebudayaan

Membahas wacana kebudayaan, suatu paradigma yang barangkali mustahak atau sahih bisa digunakan adalah menempatkan teminologi dan arti semantik kata ‘kebudayaan” sebagai alam kondrati manusia. Berangkat dari jati diri manusia yang khas dengan segala jenis keunikannya, kebudayaan juga sebagai bentuk ekspmsi dalam ceruk (niche) atau ruang habitatnya yang terdekat. Maka kebudayaan memiliki jenis dan perbedaannya yang khusus (Genus proximum et differenfia spesifica). Kebudayaan adalah suatu Gestalt atau organisasi pikiran yang dibentuk manusia dalam ruang yang berelasi dengan materia alam dan dirinya sendiri. Humanisasi progresif pada alam merupakan bentuk konkrit dari ulah manusia. Pemaknaan kata culture sebagai kebudayaan dan civilization sebagai peradaban yang digunakan sejak Kongres Kebudayaan Indonesia 1948 dan 1960 masih dalam berdebatan, dan maknanya terus berkembang. Hingga Kroeber dan Kluchom, 1952, telah mengiventarisir 160 definisi kebudayaan, dan membagi kedalam tujuh kategori dari sudut pandang sosiologi, sejarah, filsafat, antropologi, psikologi, etnologi, supestruktur ideologis pertentang klas(Marx), gaya hidup (life style), dan kehidupan yang nyaman (comfort). Dalam kamus bahasa Indonesia, kata adab lebih menekankan pada perilaku sopan santun atau etiket. Padahal culture lebih menekankan pada aspek rasional dan moral, sedangkan civilization lebih berpusat pada bentuk materia konkret kebudayaan seperti gedung-gedung, kendaraan, tata pergaulan, proses politik dan kelembagaan organisasi serta manajemen.
Dalam wacana kebudayaan yang dilansir oleh Edward Sprenger kemudian dikembangkan oleh Sutan Takdir Alisjahbana, bahwa kebudayaan sebagai Gestalt merupakan sistem nilai sebagai percikan mozaik alam pikiran manusia. Kategorisasi yang diiksplorasi Sprenger ialah: Kebudayaan Ekspresif dan Kebudayaan Progresif. Kebudayaan ekspresif menyangkut bentuk-bentuk yang berkaitan dengan wilayah affek seperti Nilai Seni (Art) dan Nilai Agama (Relligion).
Sedangkan kebudayaan progresif menyangkut bentuk-bentuk yang berkaitan dengan wilayah kognisi seperti Nilai Teori dan Nilai Ekonomi. Selain dari itu ada kategori yang menjelaskan relasi antar manusia yang didefinisikan oleh Sprenger sebagai Nilai Kekuasaan (Politik) dan Nilai Solidaritas. Teori Kebudayaan dart Sponger yang dikembangkan oleh Takdir Alisjahbana hanyalah sekedar contoh. Banyak lagi teori kebudayaan yang dibuat oleh para filsuf dan pemikir budaya seperti Mazhab Skolastik Yunani, Mazhab Frankfurt, Mazhab Vinna, Mazhab Perancis, Inggris, hingga aliran pemikiran post structuralis dan post modernism. Teori dan mazhab pemikiran semacam itu adalah salah Satu bukti bahwa manusia membangun komunitas alam pikirannya untuk menjawab tantangan alam dan tantangan zaman. Sebagaimana yang dikatakan Bakker, 1988, bahwa kebudayaan adalah alam kodrat sendiri sebagai milik manusia, sebagai ruang lingkup realisasi diri. Seorang primitif tidak merasa celaka karena ia seakan-akan belum menguasai daya alam dan kebudayaan yang belum lengkap. Meraka dapat bergerak secara wajar dalam alam lingkungannya, sejauh alam itu ditemukan sebagai pengisi kebutuhannya, sebagai jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya, sebagai - Nilai kegelisahannya- untuk mengatasi hidup dan mencari kebahagiaan.

Eksplorasi dan Rekonstruksi

Membangun sebuah wacana kebudayaan adalah suatu proses belajar yang panjang, hingga terbentuknya tradisi dan sistem nilai dari komunitas manusia. Berangkat dari suatu kegelisahan individual yang mempertanyakan segala sesuatu yang menyangkut hidup dan kehidupan - dalam dimensi ruang, waktu dan kejadian. Eksplorasi berarti menggali sedalam-dalamnya mengenai kesejatian hidup, “sangkan paraning dumadi.” Kesejatian alam (makrokosmos) dan kesejatian diri (mikrokosmos). Maka eksplorasi kewilayah filsafat ilmu menjadi titik pusat, bagaimana ilmu membentuk sistem nilai, tradisi, dan arah kehidupan manusia.
Rekonstruksi berarti membuat bentuk konstruksi pemikiran sebagai bagian dari sistem nilai yang akan membawa komunitas manusia pada arah yang di bayangkan. Dalam rekonstruksi biasanya terjadi benturan antara imajinasi teoritis dengan realitas, antara kenyataan subjektif dengan kenyataan objektif. Satu contoh pemikiran eksploratif, seperti yang dinyatakan oleh oleh Ernst Cassirer dalam Philiosohy Of Symbolic Form: “Ilmu pengetahuan adalah langkah terakhir dalam perkembangan mental manusia dan boleh dianggap sebagai pencapaian tertinggi dan paling karakteristik dalam kebudayaan manusia.. . Dalam duni modern tak ada kekuatan lain yang bisa disejajarkan dengan pemikiran ilmiah. llmu diyakini sebagai puncak dan penyempurnaan semua aktivitas manusiawi, bab terakhir dalam sejarah umaf manusia dan pokok terpenting dalam filsafat manusia“. llmu pengetahuan adalah salah satu cara manusia memberi makna tentang alam dan dirinya sendiri melalui bahasa simbolik yang menjadi formula di dalam organisasi pikirannya (Gestalt). Ini berarti eksplorasi kewilayah linguistik menjadi satu tantangan, untuk memahami alam pikiran dan perilaku komunitas manusia. Bahasa rnerupakan wilayah simbolik suatu bentuk konstruksi dunia yang dibayangkan. Namun banyak kendala dalam mengeksplor makna bahasa kedalam pengertian umum yang dapat diterima (konvensi), sebab kata-kata dalam bahasa dapat bersifat univok (makna tunggal yang menunujuk objek) maupun equivok (makna padanan untuk menunjuk suatu objek). Munculah perang istilah yang tidak ada habisnya.
Sebagai satu contohpemikiran eksploratif untuk mengkaji kebudayaan umat manusia. Dalam tulisannya itu, Nirwan mengeksplanasikan bahwa dunia adalah medan laga, bak papan catur pertarungan pemikiran keilmuan. Meskipun prestasi ilmu demikian mencolok, namun banyak pihak masih salah paham terhadapnya. Bahkan konsep ilmu mengalami hambatan serius manakala dalam proses iimplemetasi didistorsi untuk kepentingan politik yang memiliki pahamnya sendiri. Sebagaimana yang dicatat Nirwan, bahwa sejarah pengetahuan ilmiah tak dibentuk melulu oleh cantatan pencapaian yang revolusioner. Sejarah itu juga disesaki oleh gelobang kecaman dan permusuhan yang menderu dari berbagai penjuru. Dari sayap kanan, kelompok religius, atas nama penyelamatan manusia, menghantam dengan alasan teologis kepadanya (ilmu pengetahuan). Dari sayap kiri, khusus yang menghirup inspirasi Marx, atas nama pembebasan manusia menghujamkan alasan ideolois. Kelak, kata Nirwan, kedua sayap yang saling baku musuh itu bergabung menghantam alasan-alasan epistemologis yang membuat mereka yakin – bahwa pengetahuan ilmiah sudah mati - jika belum secara klinis setidaknya secara filosofis. Pernyataan Nirwan menunjukan bahwa tarikan alur pemikiran keilmuan yang berkecamuk befum dapat memberi harapan mengenai krisis duniawi. Namun ilmu pengetahuan mutakhir di bidang fisika telah memberi pemahaman baru bahwa ada kesinambungan kosmos dan manusia. Kendatipun masih perlu diikuti secara kritis. Ini akan berimplikasi pada pemahaman teologis mengenai apakah dunia ini kekal (kontinue) atau tidak kekal (diskontinue).
Eksplorasi dan rekonstruksi filsafat bertugas untuk mengadakan refleksi tentang kebudayaan dan menafsirkan pada derajat metafisik. Artinya filsafat mengabstraksi hingga tataran ada (ontologi) dan mengada (epistemoIogi) untuk menggapai tahap pemikiran teleologis mengenai ada itu sendiri (sangkan paran). Muara dari ekspkxasi filsafat ialah untuk menemukan landasan etis dan hukum untuk mengatur sistem metabolisme perilaku masyarakat. Eksplorasi juga bermakna membongkar kembali paradigma lama yang tidak relevan dari tuntutan zaman, sebagaimana gerakan pemikiran posmodern di Perancis. Selain itu dibangun suatu rekonstruksi pemikiran yang mengarah pada sintesis, sebagai azas dialetik tesis-antitesis-sintesis.
Pertanyaannya sekarang, apakah yang menjadi kepedulian kita terhadap studi kebudayaan? Apakah yang menjadi objek masalah dalam ceruk ruang yang amat terbatas ini (niche) ini? Kegiatan eksplorasi dan rekonstruksi pemikiran jelas merupakan wilayah intelektual memalui proses belajar yang tak pemah henti, kajian melalui teks, kesadaran pancaindera terhadap objek menuntut keperdulian intelektual yang tidak bisa main-main, apalagi hanya sekedar numpang lewat. Lembaga Studi kebudayaan UMM, setidaknya punya visi memberikan arah yang kondusif bagi kegiatan intelektual, meskipun dalam pergumulan pemikiran akan menghadapi resiko yang amat berat, yaitu mempertahankan keyakinan pemikiran dari intervensi politik yang acap justru bisa jadi - membunuh pemikiran itu sendiri.

Wacana dan praksis Studi Kebudayaan

Kegiatan kebudayaan bukan dibuat oleh hanya segelintir orang. Ini menunjukan bahwa habitat kebudayaan dimulai dari pola pemikiran rasional dan moral manusia yang menghuni habitat tersebut. Pemikir besar sekaliber, Marx, Iqbal, Freud, Hegel, mereka berangkat dari proses belajar tekstual dan kontekstual di dalam ceruk habitat yang dihadapinya. Amatlah disayangkan bila pembangunan wacana berangkat dari teks yang bertebaran di pasaran ide laiknya hubungan produsen dan konsumen sungguhpun tidak mungkin kita nafikkan, dimana perangkap hegemoni pemikiran amat mudah terjadi. Proses yang demikian akan melahirkan wacana yang tidak otentik, - atau setidaknya hanya menjadi tukang jahit (tailoring) pemikiran. Tercerabut dari konteks objek kajian di dalam ceruk habitatnya. Adalah amat logis bila kita perlu membuat kesepakatan mengenai wilayah objek kajian secara tekstual , dan wilayah ceruk ruang kajian yang kita miliki. Sehingga praksis kebudayaan bisa kita formulasikan untuk menjadi kegiatan yang bisa dilakukan.
Satu tawaran yang mungkin bisa dilakukan, yaitu menjelajah kewilayah kajian tekstual berbagai mazhab pemikiran filsafat baik Barat maupun Timur. Dari skolastik Yunani Socrates, Plato, Aristoteles hingga filsafat kritis Habermas dan eksistensialis Jaspers di Barat. Dari Laotze(Cina) dan Rabidranath Tagore (India) hingga pemikir Indonesia dari Hamzah Fansuri danNurcholis Madjid, Ainun Nadjib atawa Gunawan Mohammad. Bahkan Muhadjir Effendy, dalam lingkup ceruk UMM. Pejelajahan itu setidaknya akan memberi ruang imajinasi untuk membuat praksis budaya yaitu memperkaya khasanah intelektuat, dan mecari hawa akademis. Sekaiigus menciptakan komunitas akademis yang peduli pada wacana pemikiran kebudayaan. Tema kajian tekstual diselengarakan secara reguler dan terarah, sehingga dihasilkan karya-karya yang dapat dipublikasikan sekalipun bentuk dan muatannya masih sederhana. Dokumentasi karya-karya penjelajahan intelektual memertukan ketekunan tersendiri, dan dilakukan dengan penuh kesadaran - tanpa ada paksaan dari manapun atau pamrih - untuk mendapat sesuatu, sebagaimana HB. Jasin membuat tulisan mengenai kritik sastra, dan publikasi sastra serta koleksi dokumentasi sastra Indonesia. Suatu pekejaan yang tidak bisa dilakukan tergopoh-gopoh laiknya menggoreng pisang.
Barangkali pengalaman FX, Budi Hardiman, 1994, bisa menjadi contoh proses pengkajian pemikiran filsafat dan kebudayaan, dalam karyanya Ilmu-ilmu Sosial dalam Diskursus Modernisme dan Pascamodernisme. Karya ini memaparkan kisah pertarungan permikiran manusia. Pertarungan dua pahlawan peradaban : Logos dan Mitos. Kisah pertarungan itu ditutup dengan meyakinkan yaitu kematian sang antagonis yakni mitos dan kemenangan sang protagonis alias Logos dalam maknawi ialah Rasio Manusia. Sejarah Moderinitas dewasa ini adalah sejarah rasionalisasi dimana sang protagonis muncul dalam baju sains, yang kemudian menjadi saintisme. Tapi pandangan Adorno dan Horkheimer dari Mazhab Frankfurt Jerman termasuk dua filsuf besar abad ini - setelah melihat dua Perang Dunia sebagai hasil paling bertanggungjawab dari saintisme, Rasio manusia itu temyata telah menunjukkan dirinya sebagai ‘Mitos Baru”. Munculah perlawanan terhadap saintisme - yang dianggap gagal - mewujudkan cita-cita pencerahan manusia yang akan membawa kebahagian sejati pada seluruh umat manusia. Perlawanan saintisme diwujudkan dalam bentuk teori Tindakan seperti - Fenomenologi dan Hermeneutika. Kemudian muncul belakangan Teori Kritis dari Jurgen Habermas yang juga dedengkot Mazhab Frankfurt yang mengupas Teori Rasio komunikasi inter-subjektive, sebagai kebangkitan kepercayaan (revitalitas) akan kemampuan Rasio Manusia. Namun pada decade terakhir ini justru saintisme mendapatkan tantangan besar bahkan usaha pembunuhan atas Rasio - melalui tradisi yang menyebut dirinya pasca-strukturalisme dan pasca-modemisme.
Namun pada akhimya Budi Hardiman menyimpulkan bahwa wacana modernisme dan pasca-modernisme semacam fashion alias mode atau stimmung meminjam istilah Martin Heidegger yang berarti suasana hati yang menggejala, atau mood. Tak ubahnya seperti musik rap atawa break dance. Satu simpulan yang perlu kita cermati bahwa munculnya wacana pasca-modermisme menandai - suatu krisis intelektual - dalam ilmu-ilmu sosial dan alam pikir modern itu sendiri. Setidaknya mengalami koma secara filosofis maupun etis. Gejala yang barangkali perlu diwaspadai ialah munculnya penyakit intelectual hybris alias keangkuhan intelektual atau kerendahan hati terhadap upaya intelektual yang gampang kepeleset dalam rawa-rawa nihilisme, relativisme, irrasionalisme, atau totalitarianisme hegemonik, teror, dan sebagainya.

Penutup

Istilah daya hidup yang kerap dilansir oleh penyair WS. Rendra, adalah kata kunci kebudayaan dan peradaban. Pemikiran yang membunuh kehiiupan adalah musuh yang harus dilawan, karena perjuangan adalah pelaksanaan dari kata-kata, Bahwa kata-kata itu sendiri adalah pikiran dan tenaga yang membangkitkan daya hidup. Entahlah bila kata-kata itu sendiri telah mati dan kehilangan maknawinya. lnilah makna dari eksplorasi rekonstruksi dari sebuah wacana dan praksis kebudayaan. Kata-kata menjadi praksis, adalah kesadaran inderawi untuk menangkap kenyataan, apakah kenyataan akan menyeret kita kejurang kebinasaan. Atau justru menarik kita dari lembah angkara murka menuju titik pencerahan intelektual dan moral. Allhu’alam.