BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Avian influenza adalah sindrom penyakit infeksi yang disebabkan oleh sekelompok virus influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Infeksi virus berkaitan dengan penyakit pada unggas piaraan dan burung liar dan juga manusia dan hewan mamalia. Ditandai dengan hampir tidak adanya respon (hampir tidak ada gejala) penyakit sampai mortalitas sangat tinggi. Periode inkubasi juga dengan variasi yang tinggi yaitu beberapa jam sampai beberapa hari. Induk semang alami adalah unggas air terutama itik adalah berperan sebagai reservoar alam bagi virus.
Wabah penyakit flu burung yang melanda dunia, khususnya kawasan asia, memang memang menjadi perhatian, baik masyarakat maupun badan kesehatan.hal ini disebabkan pleh penyakit flu burung yang dapat menular pada manusia dan berakibat fatal karena dapat mambawa kematian. Kasusnya sangat gencar diberitakan diberbagai media masssa sehingga membuat resah banyak pihak.
Sepanjang 2003 ditemukan dua kasus di Hongkong dengan satu diantaranya meninggal. Kedua kasus itu mempunyai riwayat perjalanan dari Cina. Virus yang ditemukan adalah Avian Influenza A (H5N1). Ditemukan 83 kasus pada pekerja peternakan di Netherland, termasuk keluarganya dengan satu diantaranya meninggal. Virus yang ditemukan adalah Avian Influeza A (H7N7). Ditemukan seorang anak tanpa kematian di Hongkong terserang virus Avian Influenza A (H9N2).
Januari 2004, penyakit flu burung menyebar sampai Jepang, Korea Selatan, Vietnam dan Thailand dengan satu identifikasi mereka menyebar dari Kamboja, Hongkong dan Taiwan. WHO menegaskan, tidak ada bukti flu burung menyebar dari orang ke orang, seperti kasus virus SARS. Tanggal 24 Januari 2004 PBB memperingatkan, flu burung lebih berbahaya dari SARS, karena kemampuan virus ini yang mampu membangkitkan hampir keseluruhan respon bunuh diri dalam sistem imunitas tubuh manusia. Tanggal 25 Januari 2004,
Departemen Pertanian membenarkan adanya flu burung yang masuk ke Indonesia. Pada 26 Januari 2004 pemerintah melakukan tes Hemasglutimasi Inhibisi (HI) atau pemeriksaan dengan antiserum pada unggas untuk mengetahui subtipe virus avian influenza (AI) yang telah menyebabkan kematian 4,7 juta ekor ayam di Indonesia sejak Agustus 2003. Tes dilakukan untuk membuktikan apakah virus AI termasuk jenis yang bisa menular pada manusia atau yang dikenal dengan sebutan flu burung yang kini sedang mewabah di sejumlah negara Asia. Merebaknya flu burung, membuat peternak unggas di Bali mengisolasi diri. Ribuan ayam dipotong dan dibakar di Pulau Bali, salah satu daerah yang paling parah dilanda wabah flu burung.
Di Indonesia Virus Influensa tipe A subtipe H5N1 tersebut diatas menyerang ternak ayam sejak bulan Oktober 2003 s/d Februari 2005, akibatnya 14,7 juta ayam mati. Sementara penyebaran virus tersebut pada manusia di Indonesia sejak bulan Juli 2005 hingga 12 April 2006 telah ditemukan 479 kasus kumulatif yang dicurigai sebagai flu burung pada manusia, dimana telah ditemukan 33 kasus konfirm flu burung, 24 diantaranya meninggal dunia. 115 kasus masih dalam penyelidikan (36 diantaranya meninggal dunia), sementara yang telah dinyatakan bukan flu burung sebanyak 330 kasus.
Tanggal 29 Januari 2004, pemerintah menetapkan flu burung sebagai bencana darurat nasional dan meminta persetujuan DPR untuk pengucuran dana sebesar Rp. 212 milyar untuk penanggulangannya. Pemerintah juga akan memusnahkan hewan dan unggas lain yang positif terkena virus Avian Influensa.
Jelas tampak pada Januari 2004, terjadi KLB unggas di beberapa daerah di Indonesia yang ditandai dengan banyaknya ternak unggas terserang flu burung dengan risiko kematian. Walau belum teridentifikasi adanya serangan virus itu dari unggas kepada manusia, tetap perlu diwaspadai dengan menyelenggarakan suatu surveilans khusus di daerah yang dilaporkan sedang berjangkit KLB unggas “flu burung” sampai keadaan kembali normal. Untuk mengidentifikasi adanya penularan virus flu burung dari unggas ke manusia, mendapatkan gambaran epidemiologi KLB flu burung ke manusia dan membuktikan tidak adanya penularan virus flu burung dari unggas ke manusia di setiap daerah di Indonesia, pemerintah melakukan surveilans epidemiologi (Surveilans Epidemiologi Flu Burung di Indonesia). Daerah di Indonesia yang sedang berjangkit KLB unggas “flu burung” itu adalah seluruh Jawa, Lampung, Bali, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat.
Kasus Flu Burung di Indonesia dari Juli 2005 s/d 11 Desember 2008 masih terbatas di 12 Propinsi. Kasus terjadi sebagian besar di propinsi di daerah Jawa bagian barat (Jakarta, Jawa Barat dan Banten). Kasus terjadi di 48 kab/kota di 12 propinsi, sebagian besar terjadi di kabupaten dan Kota Tangerang.
Kasus terjadi di 48 kab/kota di 12 propinsi, sebagian besar terjadi di kabupaten dan Kota Tangerang dengan jumlah kasus 28 ( 20,1 % ) dari total kasus 139 di Indonesia yang merupakan daerah dengan kepadatan penduduk dan kepadatan unggas yang tinggi.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut
1. Bagaimana identifikasi penyakit flu burung?
2. Apa agent penyebab penyakit flu burung?
3. Bagaimana cara penularan penyakit flu burung?
4. Berapa lama masa inkubasi penyakit flu burung?
5. Bagaimana distribusi penyakit flu burung?
6. Bagaimana aspek pengendalian penyakit flu burung?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan dari penulisan makaalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui identifikasi penyakit flu burung
2. Untuk mengetahui agent penyebab penyakit flu burung
3. Untuk mengetahui cara penularan penyakit flu burung
4. Untuk mengetahui lama masa inkubasi penyakit flu burung
5. Untuk mengetahui distribusi penyakit flu burung
6. Untuk mengetahui aspek pengendalian penyakit flu burung
BAB II
PEMBAHASAN
A. Identifikasi Penyakit Flu Burung
Bila dilihat sejarahnya, flu burung sudah terjadi sejak 1960-an.Tahun 1968 penularan virus influenza asal unggas ke manusia sudah dilaporkan. Tahun 1997 flu burung pertama kali melewati "halangan spesies” dari unggas ke manusia. Sebelumnya, flu ini hanya menyerang burung, bukan manusia. Pertama kali muncul di Hongkong dengan 18 orang dirawat di rumah sakit dan enam orang diantaranya meninggal dunia, kemudian menyebar ke Vietnam dan Korea. Jenis yang diketahui menjangkiti manusia adalah influenza A sub jenis H5N1.
Sepanjang 2003 ditemukan dua kasus di Hongkong dengan satu diantaranya meninggal. Kedua kasus itu mempunyai riwayat perjalanan dari Cina. Virus yang ditemukan adalah Avian Influenza A (H5N1). Ditemukan 83 kasus pada pekerja peternakan di Netherland, termasuk keluarganya dengan satu diantaranya meninggal. Virus yang ditemukan adalah Avian Influeza A (H7N7). Ditemukan seorang anak tanpa kematian di Hongkong terserang virus Avian Influenza A (H9N2).
1. Pengertian Flu Burung
Flu burung atau dalam bahasa inggris dikenal dengan avian flu atau avian influenza (AI) adalah penyakit menular yang disebabkan virus influenza A sub tipe H5N1 yang biasanya menyerang unggas tetapi juga dapat meyerang manusia. Virus ini termasuk famili Orthomyxoviridae dan memiliki diameter 90-120 nanometer. Virus avian influenza ini menyerang alat pernapasan, pencernaan dan sistem saraf unggas.
Secara normal, virus tersebut hanya menginfeksi ternak unggas seperti ayam, kalkun dan itik. Tetapi walaupun jarang dapat menyerang spesies hewan selain unggas misalnya babi, kuda, harimau, macamn tutul, dan kucing. Walaupun hampir semua jenis unggas dapat terinfeksi virus yang terkenal sangat ganas ini, tetapi diketahui yang jauh lebih rentan adalah jenis unggas yang diternakkan secara massal seperti ayam, puyuh, dan itik.
2. Gejala penyakit flu burung
a) Flu Burung pada Ternak
Gejala klinis flu burung pada unggas murip dengan gejala newcastle disease, atau di indonesia disebut penyakit tetelo atau pileren yang disebabkan oleh paramyxovirus.
Gejala Klinis ternak unggas yang terinfeksi flu burung sebagai berikut:
1) Jengger, pial, dan kulit perut yang tidak ditumbuhi bulu berwarna biru keunguan.
2) Pembengkakan di sekitar kepala dan muka.
3) Ada cairan yang keluar dari hidung dan mata.
4) Perdarahan di bawah kulit (subkurtan).
5) Perdarahan titik (ptechie) pada daerah dada, kaki, dan telapak kaki.
6) Batuk, bersin, ngorok.
7) Diare.
8) Tingkat kematian tinggi.
b) Flu Burung pada Manusia
Orang yang terserang flu burung menunjukkan gejala seperti terkena flu biasa, tetapi karena keganasan virusnya menyebabkan flu ini juga ganas. Virus influenza biasanya menimbulkan penyakit yang ringan. Tetapi virus flu burung ini sangat ganas dan dapat menyebabkan kematian dalam satu minggu.
Orang yang terkena flu burung mengalami kenaikan suhu tubuh sampai 39◦C, sakit tenggorokan, batuk, sesak napas dan mengeluarkan lendir bening dari hidung. Kondisi ini dapat diikuti dengan penurunan daya tahan tubuh yang sangat cepat karena biasanya penderita tidak memiliki nafsu makan, diare dan muntah. Dalam waktu singkat gejala-gejala tersebut dapat menjadi lebih berat dengan terjadinya peradangan di paru (pneumonia). Apabila tidak dilakukan penanganan yang baik pasien maka dapat menyebabkan kematian.
B. Agent Penyebab Penyakit Flu Burung
Virus influensa adalah partikel berselubung berbentuk bundar atau bulat panjang, merupakan genome RNA rangkaian tunggal dengan jumlah lipatan tersegmentasi sampai mencapai delapan lipatan, dan berpolaritas negatif. Virus influensa merupakan nama generik dalam keluarga Orthomyxoviridae dan diklasifikasikan dalam tipe A, B atau C berdasarkan perbedaan sifat antigenik dari nucleoprotein dan matrix proteinnya. Virus influensa unggas (Avian Influenza Viruses, AIV) termasuk tipe A. Telaahan yang sangat bagus mengenai struktur dan pola replikasi virus-virus influensa sudah dipublikasikan baru-baru ini (mis. Sidoronko dan Reichi 2005).
Berdasarkan sifat antigenisitas dari glikoprotein-glikoprotein tersebut, saat ini virus influensa dikelompokkan ke dalam enambelas subtipe H (H1-H16) dan sembilan N (N1-N9). Kelompok-kelompok tersebut ditetapkan ketika dilakukan analisis filogenetik terhadap nukleotida dan penetapan urutan (sequences) gen-gen HA dan NA melalui cara deduksi asam amino (Fouchier 2005).
Cara pemberian nama yang sesuai nomenklatur konvensional untuk isolat virus influensa harus mengesankan tipe virus influensa tersebut, spesies penjamu (tidak perlu disebut kalau berasal dari manusia), lokasi geografis, nomor seri, dan tahun isolasi. Untuk virus influensa tipe A, subtipe hemaglutinin dan neuroamidasenya ditulis dalam kurung. Salah satu induk strain virus influensa unggas dalam wabah H5N1 garis Asia yang terjadi akhir-akhir ini, berhasil diisolasikan dari seekor angsa dari provinsi Guangdong, China. Oleh karena itu iadiberi nama A/angsa/Guangdong/1/96 (H5N1) (Xu 1999). Sedangkan isolat yang berasal dari kasus infeksi H5N1 garis Asia pada manusia yang pertama kali terdokumentasikan terjadi di Hong Kong (Claas 1998), dan dengan demikian disebut sebagai A/HK/156/97 (H5N1).
Penyebab flu burung adalah virus influensa tipe A yang menyebar antar unggas. Virus ini kemudian ditemukan mampu pula menyebar ke spesies lain seperti babi, kucing, anjing, harimau, dan manusia.
Virus influensa tipe A memiliki beberapa subtipe yang ditandai adanya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N). Ada 9 varian H dan 14 varian N. Virus flu burung yang sedang berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang memiliki waktu inkubasi selama 3-5 hari.
Virus influenza ini termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Virus influenza tipe A terdiri dari Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N), kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2, H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N9. Strain yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 0C dan lebih dari 30 hari pada 0 0C. Virus akan mati pada pemanasan 60 0C selama 30 menit atau 56 0C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodine.
C. Masa Inkubasi Flu Burung
Adapun masa inkubasi penyakit flu burung dapat dilihat pada unggas dan juga pada manusia yaitu:
- Pada Unggas : 1 minggu
- Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari
sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari
Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A yang menyebar antar unggas. Virus ini kemudian ditemukan mampu pula menyebar ke spesies lain seperti babi, kucing, anjing, harimau, dan manusia.
Virus influenza tipe A memilki beberapa subtipe yang ditandai adanya Hemaglutinin (H) dan Neuramidase (N). Ada 9 varian H dan 15 varian N. Virus flu yang sedang berjangkit saat ini adalah saat ini adalah subtipe H5N1 yang memiliki waktu inkubasi selama 3-5 hari, dimana setelah itu muncul gejala-gejala seseorang terkena flu burung adalah dengan menunjukkan ciri-ciri berikut :
1. Menderita ISPA
2. Timbulnya demam tinggi (> 38 derajat Celcius)
3. Sakit tenggorokan yang tiba-tiba
4. Batuk, mengeluarkan ingus, nyeri otot
5. Sakit kepala
6. Lemas mendadak
7. Timbulnya radang paru-paru (pneumonia) yang bila tidak mendapatkan penanganan tepat dapat menyebabkan kematian
Mengingat gejala Flu burung mirip dengan flu biasa, maka tidak ada yang bisa membedakan flu burung dan flu biasa. Jika ada penderita yang batuk, pilek dan demam yang tidak kunjung turun, maka disarankan untuk segera mengunjungi dokter atau rumah sakit terdekat.
Penderita yang diduga mengidap virus Flu burung disebut penderita suspect flu burung dimana penderita pernah mengunjungi peternakan yang berada di daerah yang terjangkit flu burung, atau bekerja dalam laboratorium yang sedang meneliti kasus flu burung, atau berkontak dengan unggas dalam waktu beberapa hari terakhir.
D. Penularan Flu Burung
1. Sumber penularan
Penyebab flu burung adalah virus influensa tipe A yang menyebar antar unggas. Virus ini kemudian ditemukan mampu pula menyebar ke spesies lain seperti babi, kucing, anjing, harimau, dan manusia.
Virus influensa tipe A memiliki beberapa subtipe yang ditandai adanya Hemagglutinin (H) dan Neuramidase (N). Ada 9 varian H dan 14 varian N. Virus flu burung yang sedang berjangkit saat ini adalah subtipe H5N1 yang memiliki waktu inkubasi selama 3-5 hari.
2. Cara penularan
Penularan flu burung (H5N1) pada unggas terjadi secara cepat dengan kematian tinggi. Penyebaran penyakit ini terjadi diantara populasi unggas satu petenakan, bahkan dapat menyebar dari satu peternakan ke peternakan daerah lain. Sedangkan penularan penyakit ini kepada manusia dapat melalui udara yang tercemar virus tersebut, baik yang berasal dari tinja, air mata atau sekreta unggas yang terserang Flu Burung. Adapun orang yang mempunyai resiko besar untuk terserang virus flu burung (H5N1) ini adalah pekerja peternakan unggas, penjual dan penjamah unggas.
Penularan penyakit ini dapat terjadi melalui udara (air borne) dan melalui kontak langsung dengan unggas sakit atau kontak dengan bahan-bahan infeksius tinja, urin, dan sekret saluran napas unggas sakit.
3. Penularan Antar Ternakan Unggas
Secara singkat, penyakit flu burung dapat ditularkan dari unggas ke unggas lain atau dari peternakan ke peternakan lainnya dengan cara sebagai berikut :
a) Kontak langsung dari unggas terinfeksi dengan hewan yang peka.
b) Melalui lendir yang berasal dari hidung dan mata.
c) Melalui kotoran (fases) unggas yang terserang flu burung.
d) Lewat manusia melalui sepatu dan pakaian yang terkontaminasi dengan Virus.
e) Melalui pakaian, air, dan peralatn kandang yang terkontaminasi.
f) Melalui udara karena memiliki peran penting dalam penularan dalam suatu kandang, tetapi memiliki peran terbatas dalam penularan antar kandang.
g) Melalui unggas air yang dapat berperan sebagai sumber (reservoir) virus dari dalam saluran intestinal dan dilepaskan lewat kotoran.
4. Penularan dari Ternak ke Manusia
Faktor yang mempengaruhi penularan flu burung dari ternak ke manusia adalah jarak dan intensitas dalam aktivitas yang berinteraksi dengan kegiatan peternakan. Semakin dekat jarak peternakan yang terkena wabah virus dengan lingkungan manusia maka peluang untuk menularnya virus bisa semakin besar. Penularan virus ke manusia lebih mudah terjadi bila orang trsebut melakukan kontak langsung dengan aktivitas peternakan.
Orang yang mempunyai resiko tinggi terserang flu burung adalah pekerja peternakan unggas, penjual, penjamah unggas, sampai ke dokter hewan yang bertugas memeriksa kesehatan ternak di peternakan.
5. Penularan antar Manusia
Penularan flu burung antar manusia belum dapat dibuktikan, tetapi tetap perlu diwaspadai. Hal ini dikarenakan virus cepat bermutasi dan beradaptasi dengan manusia sehingga memungkinkan adanya varian dari virus flu burung yang dapat menular antar manusia. Burung liar dan unggas domestikasi (ternak) dapat menjadi sumber penyebar H5N1. Di Asia Tenggara kebanyakan kasus flu burung terjadi pada jalur transportasi atau peternakan unggas alih-alih jalur migrasi burung liar.
Virus ini dapat menular melalui udara ataupun kontak melalui makanan, minuman, dan sentuhan. Namun demikian, virus ini akan mati dalam suhu yang tinggi. Oleh karena itu daging, telur, dan hewan harus dimasak dengan matang untuk menghindari penularan. Kebersihan diri perlu dijaga pula dengan mencuci tangan dengan antiseptik. Kebersihan tubuh dan pakaian juga perlu dijaga.
Virus dapat bertahan hidup pada suhu dingin. Bahan makanan yang didinginkan atau dibekukan dapat menyimpan virus. Tangan harus dicuci sebelum dan setelah memasak atau menyentuh bahan makanan mentah.
Unggas sebaiknya tidak dipelihara di dalam rumah atau ruangan tempat tinggal. Peternakan harus dijauhkan dari perumahan untuk mengurangi risiko penularan.
Tidak selamanya jika tertular virus akan menimbulkan sakit. Namun demikian, hal ini dapat membahayakan di kemudian hari karena virus selalu bermutasi sehingga memiliki potensi patogen pada suatu saat. Oleh karena itu, jika ditemukan hewan atau burung yang mati mendadak pihak otoritas akan membuat dugaan adanya flu burung. Untuk mencegah penularan, hewan lain di sekitar daerah yang berkasus flu burung perlu dimusnahkan.dan dicegah penyebarannya.
E. Distribusi Epidemiologi Penyakit Flu Burung di Indonesia
1) Distribusi menurut tempat
Wabah pertama kali dilaporkan di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah bulan Agustus 2003 pada ayam layer (patelur). Pada bulan September 2003, jawa timur melaporkan wabah serupa teutama pada ayam layer. Selanjutnya wabah dilaporkan di jawa barat menyerang tidak hanya pada ayam layer melainkan juga pada ayam broiler bahkan pada ayam buras, burung puyuh dan itik. Selanjutnya penyakit menyebar keluar pulau jawa yaitu ke Sumatra dan Kalimantan. Penyebaran penyakit disajikan pada gambar 1.
Gambar 1: Gambar distribusi Penyakit Unggas Menular
Kasus Flu Burung di Indonesia dari Juli 2005 s/d 11 Desember 2008 masih terbatas di 12 Propinsi. Kasus terjadi sebagian besar di propinsi di daerah Jawa bagian barat (Jakarta, Jawa Barat dan Banten). Kasus terjadi di 48 kab/kota di 12 propinsi, sebagian besar terjadi di kabupaten dan Kota Tangerang, seperti terlihat pada grafik 1.
Grafik 1. Sebaran kasus AI per Propinsi di Indonesia Tahun 2005-2008
2) Distribusi Menurut Waktu
Grafik 2. Epidemiologi Kasus Flu Burung per bulan berdasarkan onset (n=139)
Tahun 2005 s.d 2008
Sejak bulan juni 2005, setiap tahun terjadi peningkatan kasus flu burung meskipun tidak signifikan. Dari gambaran grafik terjadi peningkatan kasus yang signifikan pada bulan Januari sampai beberapa bulan. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh perubahan musim, dimana terjadi peningkatan kasus dari bulan Desember s/d Februari) karena adanya musim penghujan di Indonesia.
3) Distribusi Menurut Orang
Grafik 3. Sebaran Kasus Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Semua kasus flu burung berusia di bawah 50 tahun, dan hanya 1 kasus yang berusia 67 tahun dengan jenis kelamin perempuan. Proporsi usia kasus yang terbesar (29%) adalah anak-anak dibawah 14 tahun. Rata-rata kasus berusia 20 tahun dengan jarak antara 18 bulan sampai 67 tahun . Ratio perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 1 : 1, sedangkan angka kematian (CFR) tinggi untuk semua umur.
Pekerjaan yang berisiko terserang infeksi flu burung:
1. Peternak ayam/burung/unggas lainnya.
2. Pemotong ayam/burung/unggas lainnya.
3. Penjual produk-produk ayam/burung/unggas (daging, telur, dst.)
4. Pemelihara ayam/burung/unggas lainnya
5. Petugas laboratorium yang meneliti/memeriksa penyakit flu burung
6. Orang-orang yang tinggal di daerah dimana terdapat kematian unggas/burung secara tiba-tiba yang mencirikan infeksi flu burung
7. Orang-orang yang telah melakukan kontak dekat, secara langsung dan tanpa perlindungan dengan kasus manusia yang telah terkonfirmasi tertular flu burung.
F. Aspek Pengendalian
a. Pencegahan
1. Cara mencegah perpindahan virus Flu Burung antar unggas
Flu Burung dapat dicegah! Untuk melindungi unggas, Anda harus
mengikuti instruksi-instruksi sebagai berikut:
(1) Masukkan unggas kedalam kandang, jangan biarkan berkeliaran.
(2) Kandangkan masing-masing unggas dalam kandang yang berbeda.
(3) Pilih atau beli ayam atau bebek atau unggas mudayang sehat. Pisahkan unggas yang baru dibeli setidaknya selama dua minggu.
(4) Jika unggas terlihat sakit, segera pisahkan dari yang lainnya.
(5) Cuci tangan dengan sabun sesudah kontak dengan unggas.
(6) Transportasikan hanya unggas yang sehat.
(7) Bersihkan halaman di sekitar kandang setiap hari (buanglah kotoran unggas maupun bulunya. Bakar atau kuburkan kotorannya).
(8) Cuci dan bersihkan peralatan yang dipakai di peternakandengan disinfektan seminggu sekali.
(9) Bersihkan, cuci, kemudian suci hamakan kandangnya dengan disinfektan atau bahan kimia lainnya. Seperti cairan pemutih pakaian.Siapapun (termasuk Anda dan keluarga Anda) yang masuk ke halaman peternakan, cuci sol sepatu dengan air bersabun atau berikan sepatu yang bersih saat mereka memasuki gerbang.
(10) Beri pakan yang menyehatkan dan air bersih pada unggas.
(11) Beri vaksin unggas yang sehat jika memungkinkan untuk mencegah berjangkitnya infeksi virus Flu Burung.
2. Cara mencegah penularan virus Flu Burung (H5N1) dari hewan ke manusia
Pada saat ini, tidak ada vaksin yang mampu mencegah penyakit ini. jika sudah berjangkit pada manusia dan penanganannya pun sukar dilakukan. Maka dari itu pencegahan Flu Burung sangatlah penting. Bisa saja unggas tetap tampak sehat meskipun ia membawa virus H5N1. Untuk mencegah berjangkitnya virus Flu Burung secara aktif, ikuti petunjuk berikut:
(1) Melatih diri sendiri dan menjaga kesehatan makanan.
(2) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah kontak dengan unggas dan produk unggas lainnya, sebelum menyiapkan makanan dan sebelum makan.
(3) Beli unggas yang sehat.
(4) Jangan makan darah mentah, marus dan daging unggas atau telur setengah matang.
(5) Jangan menyembelih unggas sakit.
(6) Jangan makan unggas mati atau sakit.
(7) Hindari kontak dengan sumber yang terinfeksi.
(8) Jangan biarkan anak-anak melakukan kontak dengan unggas atau bermain di dekat kandang.
(9) Jangan biarkan unggas berkeliaran di dalam rumah.
(10) Hindari kontak yang tak perlu dengan unggas, bahkan unggas yang sehat sekali pun.
(11) Gunakan masker dan sarung tangan saat kontak atau menyembelih.
(12) Kuburkan limbah unggas (bulu, jeroan dan darah) sedalam lutut orang dewasa setelah disembelih.
(13) Mandi, ganti dan cuci pakaian, juga sepatu atau sandal dengan sabun setelah kontak dengan unggas.
(14) Cari perawatan dengan segera.
Jika Anda menderita demam tinggi, sakit pada dada, susah bernafas, sakit kepala dan otot terasa ngilu, sesudah kontak dengan unggas yang sakit atau mati segera pergi ke klinik atau rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang tepat. Jangan mengobati sendiri, minumlah obat yang diresepkan oleh dokter.
3. Partisipasi Masyarakat Untuk Mencegah Flu Burung
a. Jika tidak terjangkit Flu Burung
1) Komunikasikan kepada para keluarga, tetangga dan warga sekitar mengenai dampak Flu Burung serta cara pencegahannya jika sampai menyerang unggas dan manusia. Sebarkan selebaran "Pencegahan Flu Burung pada unggas dan manusia" melalui pertemuan-pertemuan dengan para ibu, arisan dan pertemuanpertemuan kelompok kecil di masyarakat lainnya.
2) Beri semangat dan pengertian pada para warga untuk mempraktekkan kebersihan diri dan lingkungan di rumah, di dapur, di halaman, kandang dan tempat umum. Jadilah contoh yang terbaik dalam pengelolaan kebersihan halaman dan kandang.
3) Beri pengertian kepada para ibu agar selalu melakukan vaksinasi unggas jika memungkinkan.
4) Selalu waspada, mengamati dan lapor pada Dinas Peternakan/ Pertanian atau Dinas Kesehatan setempat jika ada kematian unggas yang mendadak dan dalam jumlah yang besar di lingkungan Anda.
5)
b. Jika terjangkit Flu Burung
1) Ajari dan sediakan petunjuk pada orang-orang di lingkungan kita bagaimana cara mencegah Flu Burung dari mulai penyebaran hingga penularannya pada manusia. Selalu ingatkan warga untuk menjaga kebersihan masing-masing, batasi kontak dengan unggas sakit.
2) Doronglah masyarakat agar selalu mengikuti petunjuk petugas Dinas Peternakan/Pertanian atau Dinas Kesehatan, untuk menangani unggas yang sakit atau mati.
3) Bantu untuk mendeteksi dan melaporkan wilayah yang baru terjangkit Flu Burung pada pihak berwenang, Dinas Peternakan/ Pertanian atau Dinas Kesehatan setempat.
4) Bantu untuk mendeteksi dan melaporkan ke pihak berwenang jika ada yang menderita demam tinggi setelah melakukan kontak dengan unggas sakit. Bawa orang yang bersangkutan ke rumah sakit/puskesmas terdekat agar segera mendapatkan perawatan yang tepat.
5) Bantu para warga agar lebih aktif lagi melindungi diri mereka dan keluarganya dari serangan Flu Burung dengan selalu menyediakan informasi dan mengarahkan kemana mereka bisa memperoleh bantuan.
6) Selalu hidup bersih dan makan yang cukup bergizi.
b. Penanggulangan
Melihat adanya kondisi peternakan yang memburuk akibat adanya wabah flu burung. Departemen Pertanian mengeluarkan beberapa kebijakan. Kebijakan ini diharapkan membantu peternakan sehingga dapat menjalankan aktivitas beternak kembali. Departemen Pertanian mengintruksikan pada segenap jajaran Dinas Peternakan di daerah-daerah untuk melakukan hal yang sama saat menemukan adanya indikasi flu burung.
1) Peningkatan biosekuriti
Strategi utama yang harus dilaksanakan adalah dengan meningkatkan biosekuriti. Tindakan karatina atau isolasi harus diberlakukan terhadap peternakan yang tertular. Kondisi sanitasi di kandang-kandang, lingkungan kandang maupun para pekerja harus sehat. Kemudian lalu lintas keluar -masuk kandang termasuk orang dan kendaraan harus secara ketat dimonitor. Area peternakan yang sehat diciptakan dengan program desinfeksi secara teratur serta menerapkan kebersihan pada saat bekerja, misalnya dengan memakai sarung tangan, masker, dan sepatu panjang.
2) Vaksinasi
Program vaksinasi merupakan tindakan kedua yang dipilih oleh Indonesia di dalam penanggulangan avian influenza. Vaksinasi dilakukan terhadap hewan yang sehat, terutama yang berada disekitar peternakan ayam yang terkena wabah ini dilakukan untuk memberikan kekebalan pada ayam supaya tidak mudah tertular. Vaksinasi yang digunakan harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan menurut peraturan perundangan yang berlau. Kemudian vaksin yang boleh diedarkan dan digunakan adalah vaksin yang mendapat nomor registrasi Departemen Pertanian. Dalam program vaksinasi ini, Departemen Pertanian telah menyediakan sekitar 126 juta dosis vaksin siap digunakan. Vaksin ini didistribusikan ke daerah-daerah yang terkena infeksi atau daerah yang diperkirakan akan tertular. Pelaksanaan vaksinasi akan dikoordinir oleh Dinas Peternakan masing -masing wilayah yaitu provinsi, kabupaten dan kota.
3) Depopulasi
Istilah ”depopulasi” adalah tindakan memusnakan unggas atau hewan yang sakit secara terbatas. Ada berbagai cara yang dapat ditempuh sebagai upaya pemusnahan ini. Pertama, adalah dengan menguburkan unggas yang mati akibat avian influenza. Kedua , peternak dapat melaksanakan depopulasi dengan membakar unggas yang mati akibat terserang penyakit tersebut. Tujuan utama dari tindakan ini adalah untuk memutuskan siklus penyakit. Tempat di mana dilaksanakan pemusnahan hewan seharusnya ditutup kembali kemudian disiram dengan air kapur atau desinfektan. Seperti diketahui bahwa dalam mengkaji suatu penyakit, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu pertama adalah agent atau penyebab penyakit, dalam hal ini virus avian influenza. Kedua adalah induk semang atau inang, dalam kasus ini yang bertindak sebagai inang adalah unggas, babi, bahkan manusia bila virus menginfeksi. Hal ketiga yang harus diperhatikan adalah lingkungan (enviromental), bila lingkungan tidak memberikan peluang maka suatu penyakit atau wabah tidak akan terjadi.
4) Melakukan pengawasan produk unggas
Daging, telur, dan karkas unggas perlu diawasi untuk mencegah penyebaran virus yang masih aktif dan menempel pada produk tersebut. Jika produk mengandung virus yang masih aktif dikhawatirkan akan berpindah ke unggas atau bahkan orang .
Beberapa langkah yang dapat digunakan untuk memperoleh daging yang aman dari flu burung antara lain sebagai berikut:
a) Pilih daging yang tidak terdapat bercak merah di bawah kulit .
b) Pilihlah daging segar. Bau daging segar biasanya khas atau tidak berbau anyir.
c) Pilih daging yang tidak lembek.
d) Pastikan dalam pengolahannya benar-benar matang.
5) Memantau lalu lintas unggas
Kiriman unggas yang dipesan dari luar daerah tempat pemesan perlu dipantau dan diperiksa. Hal ini dilakukan untuk mencegah masuknya bibit endemik dari luar daerah. Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati kondisi fisik, kesehatan hewan serta melakukan uji laboratorium sampel darah unggas terhadap kemungkinan avian influenza. Dalam kondisi wabah seperti sekarang ini maka pengendalian juga berdasarkan perwilayahan ( zoning), ada 3 (tiga) pembagian wilayah dalam upaya pengendalian:
a) Daerah tertular; daerah yang sudah dinyatakan ada kasus secara klinis dan hasil uji laboratorium.
b) Daerah terancam; daerah yang berbatasan langsung dengan daerah tertular atau tidak memilki batasan alam dengan daerah tertular.
c) Daerah bebas; daerah yang dinyatakan masih belum ada kasus secara klinis mapun secara uji laboratorium, atau memiliki batas alam (propinsi, pulau).
Pembagian wilyah ini merupakan upaya dalam pengendalian suatu wabah sehingga secara sistematik mendukung program pengendalian. Dalam teknis pelaksanaannya harus dikombinasikan dengan program-program yang lain. Tujuan pengendalian dan pemberantasan sebagai berikut:
a) Mengendalikan wabah dengan menekan kasus kematian unggas .
b) Mengendalikan dan mengurangi perluasan penyakit ke wilayah lain di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa:
1) Identifikasi penyakit flu burung
Avian influenza adalah sindrum penyakit infeksi yang disebabkan oleh sekelompok virus influenza tipe A termasuk dalam famili Orthomyxoviridae. Gejala flu burung pada manusia seperti: kenaikan suhu tubuh sampai 39◦C; sakit tenggorokan ; batuk, sesak napas dan mengeluarkan lendir bening dari hidung; penurunan daya tahan tubuh yang sangat cepat ; tidak memiliki nafsu makan; diare dan muntah.
2) Agent penyebab penyakit flu burung adalah virus influenza tipe A . Virus influenza termasuk famili Orthomyxoviridae.
3) Penularan penyakit flu burung dapat terjadi dari unggas ke unggas dan dari unggas ke manusia.
4) Masa inkubasi penyakit flu burung yaitu:
1. Pada Unggas : 1 minggu
2. Pada Manusia : 1-3 hari , Masa infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari sesudah timbul gejala.
5) Distribusi penyakit flu burung di Indonesia dapat dilihat pada:
1. Distribusi menurut Tempat
2. Distribusi menurut Waktu
3. Distribusi menurut Orang :
a) Umur
b) Jenis kelamin
6) Aspek pengendalian penyakit flu burung berupa upaya pencegahan terjangkit/ tertular fluburung dan juga upaya penanggulangan flu burung.
B. SARAN
Adapun yang dapat kami sarankan adalah sebagai berikut:
Kita harus senantiasa waspada terhadap penyakit flu burung dengan selalu memperhatikan sanitasi diri serta lingkungan sekitar kita sehingga kita dapat terhindar dari penyakit yang mematikan ini. Selain itu kita harus tanggap bila ada yang terjangkit flu burung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar