Jumat, 22 Oktober 2010
Ego Pergerakan Mahasiswa
satu hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan untuk para aktivis. pergerakan mahasiswa saat ini mudah terbaca. hal ini di karenakan kesiapan dari mahasiswa itu tak matang menyiapkan settingan aksi. konsolodasi yang sebaiknya di lakukan 4-7 hari sebelum hari pelaksanaan di laksanakan 1 hari sebelum aksi. makanya jumlah massa yang tidak terhimpun dengan baik dan pengtahuan dari massa yang tidak tau tentang isu yang di bawakan apda saat aksi. bangunlah dalamnya dulu baru luarnya....
hidup mahasiwa...
hidup rakyat...
Selasa, 28 September 2010
PESAN BURUNG BEO DARI INDIA
Katakanlah oleh-oleh apa yang kalian inginkan dari India?”
Satu persatu budak menyampaikan sesuatu apa yang di inginkannya. Terakhir giliran burung Beo milik pedanga tsb, “Tuanku, tolong sampaikan salam hormatku kepada burung beo di india. Sekaligus mohon ceritakan keadaanku di sini, bahwasanya aku harus menjalanitakdir hidup ini terkurung dalam sangkar. Mungkin diantara mereka ada yang akan menyampaikan sesuatu untukku. Mungkin ada tuntunan, bimbingan atau nasihat.”
Burung Beo dalam kisah ini mewakili jiwa manusia---jiwa manusia yang hidup dalam sangkar dunia. Benda-benda duniawi yang memperbudak kita ibarat majikan yang murah hati. Hidup kita dalam sangakar dunia ini cukup nyaman. Barang-barang keperluan sudah tersedia. Malah ditanyai,”mau apa lagi?”
Para budak menyampaikan keinginan mereka---“aku butuh ini. Aku perlu itu.”sangat tidak sadar. Mereka sudah terbiasa diperbudak.
Kisah ini membutuhkan perenungan yang amat sangat mendalam. Sikap kita selama ini, tidak lebih baik dari pada para budak dalam kisah ini. Kita berdoa untuk apa? Untuk memohon rejeki, pangkat, kesehatan, jodoh, memohon ini,itu. Semuanya membuat kita nyaman. Tetapi hidup sebagai apa? Hidup sebagai budak. Hidup dimana? Hidup di dalam sangakar. Kita tidak pernah berdoa memohon pembebasan dari sangkar dunia. Kita lupa bahwa hidup diluar sana jauh lebih berarti daripada hidup nyaman dalam sangkar. Pilihanya memang hanya itu hidup bebas atau hidup nyaman. Dan para budak akan memilih hidup nyaman. Mereka yang di perbudak oleh nafsu,panca indera akan selalu ingin hidup nyaman.
Hanya satu dua orang di antara kita yang menyadari arti kebebasan.seperti burung beo dalam cerita ini, ia tidak akan meminta sesuatu untuk menambah kenyamanan diri. Ia memohon petunjuk,bimbingan dan nasihat dari soudara-soudaranya sejenis yang tinggal di India.
Kenapa India? Kenapa bukan salah satu negeri di timur tengah. Kebijakan ada di mana-mana, bisa di peroleh dari mana saja. Tidak perlu menciptakan pemisah antara arab dan india. Tidak perlu membangun dinding pemisah langit dan bumi. Tidak Membedakan barat dan timur.
Masyarakat Indonesia sudah berapa lama ini mengalami pengkotak-kotakan. Kita memisahkan manusia denga manusia. Kita memisahkan Indonesia dengan Indonesia. Semua itu menggunakan symbol-simbol agama.
Burung beo dalam kisah ini sadar ia berada dalam sangkar. Ia tidak mengeluh. Ia hanya menyampaikan keadaannya. Ia merintih dan rintihannya menembus tujuh lapisan langit. Jika seorang menyadari perbudakan dirinya. Lalu sekali saja iy merintih,”Ya Allah” maka Allah akan menanggapinya seratus kali.
Seusai pamitan dengan para budaknya. Pedangang pun berangkat ke India. Pada sauatu hari di melihat beberapa ekor burung beo sedang beterbangan bebas. Si pedagang langsung turun dari kuda yang di tungganginya dan menyampaikan pesan si burung beo miliknya.
Mendengarkan pesan itu, salah satu di antara burung beo menggigil,jatuh dan mati. Pedagang menyesali perbuatannya. “ burung beo ini pasti kerabat dekat burung beo yang saya miliki. Karena itu dia ikut merasakan penderitaannya.” Piker sei pedagang. Tetapi apa boleh buat ia tidak bisa menarik perkataannya. Sementara burung beo yang mendengar perkataannya sudah mati.
Pulang dari india dia membagi-bagikan oleh-oleh kepada budak-budaknya. Mereka pun senang karena mendapatkan apa yang di inginkannya. Dan giliran burung boe, dengan berat hati pedangang menyampaikan apa yang terjadi di India.” Rupanya yang mati itu kerabat dekatmu. Aku menyesal dengan apa yang terjadi.”
Tiba-tiba burung beo milik pedagang itu pun mulai menggigil, persisi seperti apa yang terjadi pada burung beo di India, lalu jatuh dan mati. Sang pedagangpun tambah sedih,” Apa yang telah aku lakukan? Aku telah menjadi sebab kematiannya. Dan semua itu terjadi karena mulutku. Karena ucapanku. Karena lidahku. Setajam ujung anak panah yang menyebabkan 2 kematian.
Sambil berpikir demikian, pelan-pelan ia mengeluarkan burung itu dari sangkarnya. Begitu berada di luar sangkar, burung beo milik sang pedangang itu langsung melepaskan diri dari tangan sang pedagang dan terbang jauh.
Si pedangang hamper tidak mempercayai matanya,” Apa yang terjadi?” nasihat apa, isyarat apa yang kau peroleh dari burung di India, sehingga kau meniru dia dan membebaskan dirimu dari sangkar?”
“Nasiahat dia jelas sekali. Aku terperangkap karena ulahku sendiri. Suaraku merdu aku bisa bicara. Banyak orang yang ingin memiliki aku. Dan pada suatu ketika aku terperangkap dan di jual kepada tuanku.”
“Dengan sangat jelas aku menagkap bahasa isyarat dari kerabatku di India.”kalau mau bebas, jangan banyak bicara. Berhenti memamerkan kebolehanmu dan kau akan terbebaskan…..”
Matilah bagi dunia dan kau akan terbebaskan. Selama ini kita terlalu hidup bagi dunia. Selama ini kita mati bagi roh. Yang kita pikirkan dunia melulu. Yang kita urusi hanyalah dandanan luar saja sehingga keindahan jiwa hamper tidak terurusi.kalaupun kita rajin ibada dengan menunjukkan kepada dunia bahwa kita taat agama itu hanya dandanan luar saja.
Peasan burung beo dari india itu sarat dengan makna. Kalau mau bebas jangan sombong,angkuh,arogan, jangan pamer. Kebebasan itu apa? Bebas dari rasa kesombongan itulah kebebasan.
sang pedangang memahami maksud burung beo,” Terima Kasih…Hari ini kau dapat belajar sesuatu yang baru. Kau telah menunjukkan jalan kepadaku teriam kasih sobatku.
NABI SULAIMAN & BURUNG HOOPOE
SAtu persatu,Mereka memperagakan Kebolehan diri. Giliran bung Hoopoe, ia mengatakan dengan suara lembut, “hanya satu keahlian yang saya miliki dan itu pun sangat tidak berarti.”
Dalam bahasa latin burung ini disebut Upupa. Setahu saya di Indonesia tidak ada burung Hoopoe (bahasa inggris). Walaupun badannya hitam dan miripi burung gagagk, Hoopoe bersuara merdu. Ceriata ini menunnjukkan seorang proses seorang siswa. Seorang Murshid (Guru), eorang master akan selalu menguji ketulusan calon murid. Ia tidak akan menerimanya begitu saja. Memiliki keahlian atau tidak, sesungguhnya tidak menjadi masalah. Yang di perhatikan oleh murshid dalah cara anda menyampaikan. Jangan sekali-sekali menyombongkan diri. Jangan piker anda sudah hebat.
Jangan arogan,”Aku pernah belajar ini, aku pernah belajar itu. Aku pernah belajar sama si Fulan. Aku kenal si Fulan.”Tidak perlu menujukkan sertifikat. Yang perlu anda tunjukan hanyalah ketulusan hati itu saja- cukup,titik.
Apapun keahlianmu, seberapa pun artinya katakana….Aku ingin mendengarkannya,” desak sanga Nabi.
“dari langit diatas sana, saya bisa melihat mata air dibawah tanah. Inilah satu-satunya keahlian saya!.” Jawab burung Hoopoe.
Ini jelas-jelas bahasa meditasi. Ketika seoarang berada di “langit meditasi” dia bisa melihat kebawah. Dia bisa melihat “mata air kesadaran” yang sesungguhnya berada dalam dirinya sendiri.
Nabi Sulaiman memahami bahasa burung Hoopoe. Dan Ia menaggapinya :
“bergabunglah dengan kami,sobat. Untuk menghadapi padang pasir kehidupan, keahlianmu akan sangat membantu.”
Tampak berlembab,sesungguhnya “permukaan hidup” kita sangat kering. Ya, amat sangat kering. Karena itu, kita mengejar “kelembaban harta”, “tahta”, dan “nama”. Kita mencari kelembaban cinta dan perhatian” dari teman dan soudara, anak, istri, suami petinggi Negara, dosen, ulama, guru. Padahal dalam diri kita sendiri ada mata air kesadaran sumber kelembaban yang tak akan pernah habis. Gali sedikit saja dan hidup anda akan langsung berlembab, tidak kering,dan tidak gersang.
Dan para penggali ini lah yang menjadi sobat para Nabi. Para “pencari” tidak bisa menjadi sobat para Nabi. Mereka terlalu sibuk mencari. Berada begitu dekat dengan seorang Nabi, mereka masih menoleh kekanan dan ke kiri. Mereka tak pernah menoleh kedalam diri satu kali saja, mereka akan menemukan bahwa yang ada di dalam dirinya, ada juga di dalam diri Nabi. Seorang nabi sudah berhasil mengangkat dirinya ke permukaan. Sementara mereka masih terus berupaya untuk itu.
Dan di akan berhenti mencari. Dia tahu persis tidak ada yang perlu dicari. Dia harus menggali. Dan untuk itu siapa lagiyang dapat membantu dirinya, kecuai seorang penggali yang sudah ahli.
Sementara burung Gagak yang mendengarkan percakapan burung Hoopoe dengan Nabi tidak bisa menahan rasa irinya, “jangan dengarkan dia.Nabi. dia bohong, sering sekali aku melihat di jatuh dalam perangkap pemburu. Jika melihat perangkap saja tidak bisa, mana mungkin dia bisa melihat mata air di bawah tanah?”
Nabi sulaiman menoleh kearah burung Hoopoe,”apa katamu? Benarkah dia?”
Si Hoopoe menjawab, “yang memberi saya mata untuk melihat mata air di bawah tanah adalah Allah. Yang membuat saya tidak melihat perangkap di atas tanah juga Allah. Siapa yang dapat melawan kehendak-Nya?”
“ketika berda di langit ,saya bisa melihat dengan jelas apa yang berda di bawah. Begitu saya turun dari ketinggian , saya terperangkap.”
Dari cerita ini kita akhiri melihat kisah Nabi Adam. Tuhan memberkahi dia dengan kesadaran, sehingga bisa member nama kepada setiap makhluk, tumbuh-tumbuhan dan benda. Tetapi begitu lalai sedikit, dia pun tergoda oleh setan. Seperti orang yang ketiduran dan barang-barangnya di ambil maling.
Bila “awan kelalaian” bisa menutupi “langit kesadaran”—itupun karena Allah. Dia menimbulkan rasa takut. Dia pula menciptakan rasa aman.
Jatuhnya burung Hoopoe dalam perngkap merupakan bagian dari evolusi batin. Pengalaman “jatuh” yang di sebabkan oleh merosotnya kesadaran sangat di butuhkan, sehingga kita bisa berhati-hati.
Jumat, 11 Juni 2010
WANITA MODERN
Bentuk Semangat Keterbukaan Wanita Moderen
Realitas kehidupan saat ini menampakkan sosok yang begitu mengerikan, mengharukan, dan menakutkan. Sebuah sosok yang begitu nampak Hiper bagi orang-orang yang berada di pihak yang cinta akan moralitas ketimuran. Tapi sosok yang hiper ini dalam sudut pandang semangat keterbukaan dianggap sebagai suatu hal yang wajar-wajar saja atau malah sosok ini dipandang niscaya. Sosok yang hiper ini sudah terlanjur menjadi wacana yang dominan dalam kehidupan keseharian kita, yang sudah terbentuk sedemikian rupa oleh beberapa kekuasaan yang mendukungnya. Menurut Yasraf Amir Piliang ada tiga logika kekusaan yang saling bertautan mendukung wacana keterbukaan ini menjadi dominan dalam masyarakat, kekuasaan itu adalah kekuasaan produsen, kekuasaan modal, Dan kekuasaan media massa.
Zaman keterbukaan merupakan suatu hal yang dicita-citakan oleh umat manusia manapun, karena dengan semangat keterbukaan ini manusia merasa bebas, merdeka, dan mendapatkan otonominya dalam menafsirkan, menjalani, serta mengevaluasi kehidupannya yang tentunya bersesuaian dengan jaman dan konteks sosial dimana mereka berada. Semangat keterbukaan merupakan suatu jaman yang menandakan bahwa kesadaran umat manusia dalam kesejatiannya akan mendapatkan tempat dalam kehidupan. Zaman ini tidak lagi ditandai dengan semangat budaya Patriarki, yang ditandai dengan model penaklukan terhadap suatu entitas di luar dari kediriannya, tapi zaman ini juga diwarnai dengan budaya Matriarki, yang ditandai dengan gaya kelembutan yang khas. Kehidupan ini ditandai dengan perpaduan yang saling melengkapi tanpa melepaskan identitas kedirian masing-masing. Wanita di zaman ini juga mendapatkan tempat untuk menyampaikan dan menyatakan eksistensi dirinya dengan segala bentuk rasinoalitas yang dimilikinya. Semangat Kartiniisme merebak bagaikan bunga Sakura di musim semi, wanita mendapatkan tempat dimana-mana, mulai dari tingkat atas seperti jabatan Presiden sampai di tingkat paling bawah sekalipun seperti menjadi buruh kasar di Proyek-proyek jalan. Dulu, kalau seorang lelaki mempertanyakan bagaiman sosok wanita idamannya kepada seorang teman lelakinya, maka yang akan terlintas dalam pikirannya adalah sosok wanita yang mampu mengurusi dengan baik wilayah-wilayah domestik (dapur, sumur, dan kasur). Tapi sekarang sangatlah susah mencari wanita idaman yang seperti itu. Wanita sekarang tidak lagi relevan untuk mengurusi wilayah-wilayah domestik saja tapi seorang wanita haruslah berada di wilayah publik pula.
Semangat emansipasi yang didukung oleh gerakan-gerakan feminisme dan gerakan –gerakan gender membawa wanita kederajat yang tinggi. Wanita tidak bisa lagi dipandang sebagai alibi kaum lelaki, wanita tidak cocok lagi dilihat sebagai sosok yang lemah yang tidak memiliki kekuatan apa-apa. Wanita tidak lagi harus tinggal di rumah sebagai perabot atau sebagai alat pajangan, wanita telah mendapatkan tempat di lembaga-lembaga pendidikan, di kantor-kantor, di Televisi, di Bioskop, apalagi di Mall, jelasnya adalah wanita ada dimana-mana.
Zaman memang berubah, tapi apakah memang betul-betul berubah, jangan-jangan perubahan itu hanya menyangkut wilayah permukaan saja tapi tidak menyentuh hal yang subtantif sifatnya. Wanita memang menempatkan dirinya dimana-mana, eksis dalam segala bidang kehidupan, bebas menyuarakan suara hatinya, lantang dalam gerak langkahnya, dan berani dalam penampilan berpakaiannya, tapi apakah betul segala kemerdekaan, kebebasan, dan otonomi yang dimilikinya melaju diatas rel-rel kesadarannya.
Di kehidupan sebelum kita di dunia, seekor ular membujuk Hawa untuk memakan buah Khuldi, Hawapun tergoda.Hawa membujuk Adam untuk memetik buah Khuldi yang disinyalir oleh banyak orang sebagai buah pengetahuan, nampak jelas bahwa dengan inisiatif Hawalah yang membawa Adam dan keturunannya kelak mendapatkan pengetahuan akan benar dan salah, baik buruknya sesuatu, telanjang dan kemaluannya. Adam mendapatkan kemanusiaannya. Umat manusia wajiblah untuk berterimakasih kepada ular Dan Hawa, karena melaluinya Adam dan keturunannya menjadi manusia seutuhnya. Cerita itu adalah suatu hal yang dianggap mitos oleh sebagian orang, tapi melalui cerita itu, kita dapat memperbandingkannya dengan alur cerita kehidupan sekarang. Ideologi Kapitalisme sebagai ularnya, wanita sebagai Hawanya, dan lelaki adalah Adamnya. Tapi kehidupan sekarang tidak mencerminkan subtansi dari cerita tersebut. Kapitalisme memang betul membujuk wanita dan lelaki untuk larut dalam logikanya, tapi sayangnya arah pembujukan itu tidak mengarah lagi kepada nilai-nilai kemanusiaan. Manusia baik wanita maupun lelaki tidak lagi bisa membedakan baik dan buruk, benar dan salah, telanjang dan kemaluan, semuanya bergerak pada keinginan logika Kapitalisme.
Kapitalisme dengan mengusung kategori kemoderenan menjadikan manusia larut dalam ketidaksadarannya, ia dengan ganasnya merubah tatanan keinginan menjadi tatanan kebutuhan. Wanita dengan pakaian yang tertutup yang berada di Twenty One atau di Mall akan dianggap primitif, karena budaya Twenty One Dan Mall menuntut seorang wanita untuk berpakaian sedikit terbuka, Buah dada harus menonjol dengan baju ketat, pusar harus kelihatan, dan paha putihpun harus sedikit dipamerkan. Seorang lelaki tidak lagi harus bersusah payah untuk mengintip disela-sela jendela, dibalik tirai, atau di atas loteng kamar wanita, cukuplah dia ke Twenty One, Mall, SMU-SMU, atau dunia Kampus pastilah dia akan melihat paha putih, buah dada, dan pusar yang diinginkannya.
Sederetan wanita dengan tubuh yang semampai, baju ketat tanpa lengan, dan rok pendek, atau celana ketat dengan sedikit pengetahuan marketing akan lebih mendapatkan tempat dikehidupan dewasa ini dibanding dengan wanita yang memilih berpakaian tertutup dengan tidak menonjolkan tonjolan tubuhnya sedikitpun, bertubuh bongsor dengan segudang pengetahuan filosofis yang dimiliki. Kehidupan dewasa ini lebih berpihak pada keterbukaan tubuh wanita dibanding dengan keterbukaan pengetahuan yang dimiliki wanita yang bertubuh bongsor dengan pakain tertutupnya. Zaman ini, kerja tidak ditandai lagi dengan kerja fisik, tapi kerja ditandai dengan kerja image, dan wanita dengan buah dada, pusar, dan paha putihlah sebagai imagenya (Fukuyama). Kenyataan ini, dengan jelas dapat disaksikan tidak hanya di dunia virtual saja tapi kita bisa melihatnya di Mall-mall, wanita dengan sedikit berani dan agak tersipu mengeksploitasi dirinya sendiri, kasihan!
Kehidupan manusia ditandai dengan kesadarannya dalam menentukan pilihan hidupnya. Dengan kesadarannya manusia dikatakan berbudaya yang diperhadapkan dengan sikap alamiahnya. Tapi kehidupan sekarang tidak memberikan pilihan hidup, ia bergerak secara linear saja, konsekuensinya adalah manusia hanya mengadopsi realitas yang ada diluar dirinya. Segala bentuk kehidupan yang lagi mapan dilumatnya tanpa filteralisasi lagi, takut akan ungkapan kuno, primitif, atau ketinggalan zaman yang akan disandangnya. Keinginan untuk memakai baju ketat, celana ketat, rok pendek, telepon selular, mobil mewah, Putauw, dan segala bentuk citraan lainnya menjadi kebutuhan dikalangan muda sekarang. Menurut Lacan keinginan akan pencitraan itu yang kemudian menjadi kebutuhan diproduksi oleh mesin-mesin hasrat manusia, lalu kalau memang betul mesin hasrat manusialah yang menentukan kehidupannya dimanakah letak kesadaran rasionalitasnya yang dijunjung tinggi dizaman pencerahan dulu.
Di Zaman pencerahan manusia mendapatkan tempat lagi setelah sekian lama terbelenggu oleh kungkungan peradaban yang ditandai dengan sifat Kosmosentris dan Teosentrisnya. Katanya, pada peradaban tersebut manusia hanya sebagai pengikut, penonton, dan hamba sahaya oleh alam dan Tuhan, manusia hanya bisa manggut dan mengiyakan apa kata alam dan Tuhan, apa yang diinginkan oleh alam, manusia haruslah mengikuti, kalau tidak manusia akan tersingkir dengan sendirinya. Tapi peradaban itupun runtuh seiring dengan kesadaran rasionalitas manusia yang menampakkan nyalinya, jadilah manusia yang menentukan nasib kehidupannya sendiri. Roda kehidupan terus berputar sampai pada suatu titik dimana kita hidup sekarang. Kehidupan yang tadinya ditandai dengan semangat rasionalitas seolah memutar haluan lagi, kehidupan manusia kembali ditentukan oleh realitas yang berada di luar dirinya. Kehidupan ini tidak lagi dibentuk oleh kesadaran rasionalitasnya tetapi oleh kehendak naluriahnya, Scopenhouwer seorang filosof skeptis mengatakan bahwa kehidupan ini tidaklah dibentuk oleh kesadaran manusia melainkan oleh kehendak butanya akan sesuatu hal di luar dirinya. Manusia berada pada tingkat alamiahnya lagi, ia bagaikan seorang anak kecil meniru, latah, menjadi Xerox, menjadi mimesis.
Wanita yang berada di Mall sama saja wanita yang bergelut di dunia kampus baik dalam segi pengetahuaannya apalagi dalam gaya berbusananya, yang dipentingkan adalah bagaimana dia bisa disanjung atau menjadi bahan gosip oleh lelaki, bagaimana ia bisa menjadi artis idolanya, atau bagaimana ia bisa bisa memakai produk-produk baru yang tentunya berkelas dan bermerek. Sangat jarang wanita yang berpenampilan ala Britney atau Madonna yang berpengetahuan cemerlang, yang memikirkan tentang dehumanisasi yang terjadi sekarang, malah mereka menjadi pengusung dehumanisasi itu sendiri, sangat jarang wanita memikirkan eksploitasi kediriannya, malah mereka menyambutnya dengan suka cita yang luar biasa. Apakah dengan menggunakan busana yang menonjolkan buah dada, dengan tampilan pusar dan lengan putih, serta pinggul yang montok dan paha putih adalah bentuk atau identitas yang menampilkan eksisten dirinya, atau apakah keterbukaan busana itu merupakan cita-cita yang diinginkan oleh Hawa atau Kartini dulu, Semoga!
Kehidupan zaman ini memang menuntut buah dada, pusar, dan paha putih. Kita harus menyadari itu meskipun agak sedikit terpaksa. Wanita memang terpaksa menerima itu sebagai tuntutan zaman kalau tidak, enyah kau dari kehidupan ini! kata seorang gadis kepadaku. Harapan kita semoga wanita menyadari dan memaknai kehidupannya dengan semangat kesadaran rasionalitasnya, meskipun itu hanya dalam pikirannya. Kamu harus adil (bebas) sejak dari pikiranmu, latihlah terus menerus hingga ia membekas dalam prilakumu (Pramudya Ananta Toer).
Adolf Hitler
Hanya pada tahun 1929 parti Nazi memenangi majoriti dalam pengundian bandar
Pada permulaan kebangkitan Hitler menjadi Chancellor, dia mendapat sokongan dari kapitalis Jerman dan ahli perniagaan menyokong parti Nazi sebagai satu cara menyelamatkan perniagaan mereka yang tenat. Tetapi apabila mereka berjaya mereka mendapati kepercayaan Nazi bahawa individual kepunyaan negara mula dikenakan kepada perniagaan. Sesetengah perniagaan dirampas sementara yang lain dikenakan cukai modal dan keuntungan dikawal dengan tegas. Untuk memberi gambaran jelas tentang kawalan kerajaan keatas perindustrian Jerman pada tahun 1938, dianggarkan 80% daripada semua bangunan dan 50% dari permintaan industri di Jerman datangnya daripada kerajaan.
Apabila Jerman menguasai Austria, ia terpaksa menampung pertambahan penduduk seramai 7,000,000 orang dan apabila Jerman menguasai Sudeten yang berada di sempadan Jermany dan Czechoslovakia, terdapat tambahan 3,500,000 orang perlu dijaga. Jerman tertekan untuk membekalkan makanan dan duit, oleh itu regim Nazi merampas tanah ladang dan melaksanakan pertanian kongsi menyerupai yang dilaksanakan oleh parti komunis
Eksplorasi dan Rekonstruksi Wacana dalam Praksis Studi Kebudayaan
Eksplorasi dan Rekonstruksi
Wacana dan praksis Studi Kebudayaan
Penutup
Rabu, 26 Mei 2010
kepemimpinan
BAB I
PENDAHULUAN
A. PIMPINAN
Di dalam sebuah organisasi pasti ada seorang pimpinan dan yang menjadi bawahan. Mungkin tidak banyak orang yang tahu bahwa pimpinan sangatlah jauh berbeda dengan pemimpin. Berbeda dengan pemimpin, pimpinan memiliki kekuasaan karena jabatan yang dimilikinya.. Perbedaan mendasar antara pemimpin dan pimpinan adalah dari pola pikir dan cara bekerja. Pimpinan berfikir untuk jangka pendek dan melakukan apa yang telah digariskan, kaku dan enggan berubah. Pimpinan juga lebih erat hubungannya sebuah jabatan di sebuah organisasi.
B. PEMIMPIN
Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai karakteristik yang dapat memimpin orang. Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan - khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang , sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk pencapaian satu beberapa tujuan. (Kartini Kartono, 1994 : 181).
Pemimpin dalam bahasa Inggris menjadi "Leader", yang mempunyai tugas untuk me-Lead anggota disekitarnya. Sedangkan makna Lead adalah :
Ø Listening, seorang pemimpin harus mendengarkan pendapat atau kritikan.
Ø Educate, seorang pemimpin mampu untuk mengedukasi rekan-rekannya dan mewariskan pengetahuannya pada rekan-rekannya.
Ø Advice, memberikan saran dan nasehat dari permasalahan yang ada
Ø Discipline, memberikan keteladanan dalam berdisiplin dan menegakkan kedisiplinan dalam setiap aktivitasnya.
Dari segi pola pikir dan cara bekerja, seorang pemimpin memiliki visi jauh ke depan, sanggup mengadopsi perubahan. Dalam melaksanakan pekerjaanya pemimpin sangat fleksibel dan tidak kaku. Secara personal seorang pemimpin dapat menjadi idola dan siap menjadi teladan.
Pemimpin inilah yang mendorong dan menggerakan orang lain agar mau bekerja sama mencapai tujuan yang telah ditentukan. Fungsi ini penting, sebab bagaimana pun juga baiknya perencanaan, tertibnya organisasi dan tepatnya penempatan orang dalam organisasi, belum berarti menjamin geraknya organisasi menuju sasaran dan tujuan. untuk itu diperlukan kecakapan, keulatan, pengalaman dan kesabaran.
Adapun defenisi kepemimpinan menurut para ahli dalam beberapa kamus modern adalah : Definisi pemimpin menurut para ahli dan dalam beberapa kamus modern diantaranya :
1. C. N. Cooley (1902)
Pemimpin itu selalu merupakan titik pusat dari suatu kecenderungan, dan pada kesempatan lain, semua gerakan sosial kalau diamati secara cermat akan akan ditemukan kecenderungan yang memiliki titik pusat.
2. Ahmad Rusli dalam kertas kerjanya Pemimpin Dalam Kepimpinan Pendidikan (1999) Menyatakan: Pemimpin adalah individu manusia yang diamanahkan memimpin subordinat (pengikutnya) ke arah mencapai matlamat yang ditetapkan.
3. Henry Pratt Faiechild dalam Kartini Kartono (1994 : 33) Pemimpin dalam pengertian ialah seorang yang dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol usaha/upaya orang lain atau melalui prestise, kekuasaan dan posisi. Dalam pengertian yang terbatas, pemimpin ialah seorang yang membimbing, memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya dan akseptansi/ penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya.
BAB II
PENDEKATAN DALAM KEPEMIMPINAN
A. SIFAT KEPEMIMPINAN
Untuk mempelajari kepemimpinan menggunakan tiga pendekatan. Pendekatan pertama bahwa kepemimpinan itu tumbuh dari bakat, kedua kepemimpinan tumbuh dari perilaku. Kedua pendekatan diatas berasumsi bahwa seseorang yang memiliki bakat yang cocok atau memperlihatkan perilaku yang sesuai akan muncul sebagai pemimpin dalam situasi kelompok ( organisasi ) apapun yang ia masuki. Pendekatan yang ketiga bersandar pada pandangan situasi ( situasionar perspective ) pandangan ini berasumsi bahwa kondisi yang menentukan efektifitas pemimpin. Efektifitas pemimpin bervareasi menurut situasi tugas yang harus diselesaikan, keterampilan dan pengharapan bawahan lingkungan organisasi dan pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan. Dalam situasi yang berbeda prestasi seorang pemimpin berbeda pula, mungkin lebih baik atau lebih buruk. Pendekatan ini memunculkan pendekatan kontingensi yang menentukan efektifitas situasi gaya pemimpin. Kelompok pertama yang bermaksud menjelaskan tentang aspek kepemimpinan yaitu para teoritis kesifatan. Bahwa pemimpin mempunyai sifat dan cirri tertentu.
Untuk mengenali karakteristik atau ciri pribadi dari para pemimpin, para psikolog mengadakan penelitian. Mereka berpandangan bahwa pemimpin ini dilahirkan bukan dibuat. Secara alamiah bahwa orang yang mempunyai sifat kepemimpinan adalah orang yang lebih agresif. Lebih tegas, dan lebih pandai berbicara dengan orang lain serta lebih mampu dan cepat mengambil keputusan yang akurat. Pandangan ini mempunyai implikasi bahwa jika ciri kepemimpinan dapat dikenali. Maka organisasi akan jauh lebih canggih dalam memilih pemimpin. Hanya orang-orang yang memiliki ciri-ciri kepemimpinan sajalah yang akan menjadi manajer, pejabat dan kedudukan lainnya yang tinggi.
B. PENDEKATAN SITUASIONAL ‘CONTINGENSI’ DALAM KEPEMIMPINAN
Pendekatan ini menggambarkan tentang gaya kepemimpian yang tergantung pada faktor situasi, karyawan, tugas, organisasi dan variabel lingkungan lainnya.
Mary Parker Follectt mengatakan bahwa ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kepemimpinan yaitu 1) pemimpin, 2) bawahan 3) Situasi juga pemimpin harus berorientasi pada kelompok.
1. Konsep Kepemimpinan Situasional
Kata memimpin mengandung makna yaitu kemampuan untuk menggerakkan segala sumber yang ada pada suatu organisasi sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Suatu kenyataan kehidupan organisasional bahwa pimpinan memainkan peranan yang amat penting, bahkan dapat dikatakan amat menentukan dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Memang benar bahwa pimpinan, baik secara individual maupun kelompok, tidak mungkin dapat bekerja sendirian. Pimpinan membutuhkan sekelompok orang lain, yang digerakkan sedemikian rupa sehingga para bawahan itu memberikan pengabdian dan sumbangsihnya kepada organisasi, terutama dalam cara bekerja yang efisien, efektif, ekonomis, dan produktif.
Dengan kata lain, seorang pemimpin harus menunjukkan kemampuan untuk :
a) Pemegang kemudi organisasi yang cekatan dengan jalan membawa organisasi ke tempat tujuan yang ditetakan sebelumnya tanpa melalui terlampau banyak penyimpangan yang jika terjadi dengan frekuensi yang tinggi akan mengakibatkan pemborosan dan inefesiensi.
b) Peran selaku bapak terutama di kalangan anggota organisasi. Sering dalam organisasibaik organisasi swasta maupun pemerintah terdengar istilah ”keluarga besar”, hal ini menunjukkan bahwa dalam organisasi tersebut telah terjalin hubunganemosional kekeluargaan yang kondusif dan hangat.
i. Gaya Kepemimpinan Situasional
Gaya kepemimpinan seorang pemimpin beraga macamnya. Gaya kepemimpinan situasional merupakan pendekatan yang sangat efektif, untuk meningkatkan kreatifitas seorang pemimpin dalam menghadapi suatu masalah tergantung situasi yang dihadapi.. gaya kepemipinan situasional adalah perilaku dan gaya kepemimpinan bersifat situasional. Dimana pimpinan harus menyesuaikan responnya menurut kondisi atau tingkat perkembangan kematangan karyawan, serta memberikan sejumlah pengarahan dan dukungan yang bersifat sosioemosional. Gaya kepemimpinan ini mempunyai manfaat, yaitu pengambilan keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan pada pimpinan serta memberikan rasa aman dan keteraturan bagi bawahan. Seorang pemimpin dapat melakukan berbagai cara dalam kegiatan mempengaruhi atau memberi motivasi orang lain atau bawahan agar melakukan tindakan-tindakan yang selalu terarah terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Setiap orang juga memiliki kemampuan untuk bisa bergerak maju mendapatkan apa yang mereka mau dan juga apa yang mereka inginkan oleh organisasi. Pemimpin sejati memberi dorongan darai belakang tetap mengarahkan agar sesuai tujuan dan mampu memastikan bahwa orang-orang di dalam organisasi bekerja sesuai dengan arah dan strategi ang telah ditetapkan. Perilaku Pemimpin diantaranya :
1.Fungsi-fungsi Kepemimpinan
Perilaku pemimpin mempunyai dua aspek yaitu fungsi kepemimpinan (style leadership). Aspek yang pertama yaitu fungsi-fungsi kepemimpinan menekankan pada fungsi-fungsi yang dilakukan pemimpin dalam kelompoknya. Agar berjalan efektif, seseorang harus melakukan dua fungsi utama yaitu : 1) fungsi yang berkaitan dengan pemecahan masalah dan 2) fungsi-fungsi pemeliharaan (pemecahan masalah sosial). Pada fungsi yang pertama meliputi pemberian saran pemesahan dan menawarkan informasi dan pendapat. Sedangkan pada fungsi pemeliharaan kelompok meliputi menyetujui atau memuji orang lain dalam kelompok atau membantu kelompok beroperasi lebih lancar.
2. Gaya-gaya Kepemimpinan
Pada pendekatan yang kedua memusatkan perhatian pada gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan meliputi 1) Gaya dengan orientasi tugas dan 1) Gaya berorientasi dengan karyawan. Pada gaya yang pertama pemimpin mengarahkan dan mengawasi melalui tugas-tugas yang diberikan kepada bawahannya secara tertutup, pada gaya ini lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan daripada pengembangan dan pertumbuhan karyawan. Sedangkan gaya yang berorientasi pada karyawan lebih memperhatikan motivasi daripada mengawasi, disini karyawan diajak untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan melalui tugas-tugas yang diberikan.
ii. Implementasi Pendekatan Situasional
Pendekatan situasional bukan hanya merupakan hal yang penting bagi kompleksitas yang bersifat interaktif dan fenomena kepemimpinan, tetapi membantu pula car pemimpin yang potensial dengan konsep-konsep yang berguna untuk menilai situasi yang ermacam-macam dan untuk menunjukkan perilaku kepemimpinan yang tepat berdasarkan situasi. Perana pemimpin harus dipertimbangkan dalam hubungan dengan situasi dimanapun peranan itu dilaksakan. Pendekatan situasional dalam kepemimpinan mengatakan bahwa kepemimpinan dalam menginplementasikannya, pendekatan yang dilakukan akan berdampak positif dan bersifat tepat sasaran. Walaupun organisasi menghendaki penyelesaian tugas-tugas yang tinggi. Disarankan agar menejer memainkan peran directive yang tinggi, memberikan saran bagaimana menyelasaikan tugas-tugas itu, tanpa mengurangi intensitas hubungan sosial dan komunikasi antara atasan dan bawahan.
Komunikasi dua arah menuntut keahlian manajemen puncak mencerna informasi yang disampaikan para menejer dan karyawan, terutama keluh kesah mereka dan keahlian menyamapikan informasi dari pucuk pimpinan perusahaan ke seluruh manajer dan karyawan. Sementara itu, komunikasi tatap muka menuntut manajemen puncak meluangkan waktu untuk berkunjung ke lokasi kerja manajer dan karyawan. Kunjungan ini sangat bermanfaat bagi kelancaran komunikasi dua arah,serta memompa semangat kerja manajer dan karyawan ditentukan tidak oleh sifat kepribadian manajer dan karywan. Ditentukan tidak oleh sifat kepribadian individu-individu, melainkan oleh persyaratan situasi sosial. Dalam kaitan ini Sutisna menyatakan bahwa ”kepemimpinan” adalah hasil dari hubungan-hubungan dalmsituasi sosial dan dalam situasi berbeda para pemimpinmemperlihatkan sifat kepribadian yang berlainan. Jadi, pemimpin dalam situasi yang satu mungkin tidak sama dengan tipe pemimpin dalam situasi yang lain dimana keadaan dan faktor-faktor sosial berbeda. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendekatan siusional menekankan padapentingnya faoktor-faktro kontekstual seprti sifat pekerjaan yang dilaksanakan oleh unit pimpinan, sifat lingkungan eksternal, dan karakteristik para pengikut.
C. PENDEKATAN TINGKAH LAKU PEMIMPIN
Bagaimana mendelegasikan tugas, berkomunikasi dan memotivasi bawahan. Tingkah laku dapat dipelajari, individu yang dilatih tentang perilaku kepemimpinan yang tepat akan mampu menjadi pemimpin efektif. Penelitian membagi dua aspek perilaku dalam kepemimpinan yaitu fungsi kepemimpinan dan gaya kepemimpinan. Fungsi kepemimpinan adalah aktivitas yang dipertahankan kelompok dan berkaitan dengan tugas yang harus dilaksanakan oleh seorang pemimpin agar kelompok dapat berfungsi secara efektif. Fungsi kepemimpinan berkaitan dengan dua fungsi yaitu fungsi yang berhubungan dengan tugas atau memecahkan masalah dan fungsi memelihara kelompok atau sosial, seperti menengahi perselisihan dan menjaga agar individu merasa dihargai dalam kelompoknya. Pemimpin yang sangat efektif dapat melaksanakan kedua peran tersebut, tetapi penelitian menunjukkan bahwa kelompok paling efektif membentuk kepemimpinan bersama yaitu manajer pimpinan formal melakukan fungsi tugas sementara anggota kelompok melakukan fungsi sosial. Gaya kepemimpinan adalah berbagai pola tingkah laku yang disukai oleh pemimpin dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi pekerja. Kedua fungsi kepemimpinan tersebut cenderung diekspresikan dalam dua gaya utama kepemimpinan. Gaya kepemimpinan otoktratis atau otoriter merupakan gaya kepemimpinan berorientasi tugas, mengawasi karyawan dengan ketat untuk menjamin pelaksanaan pekerjaan dengan memuaskan. Pelaksanaan tugas yang sesuai diharapkan pimpinan dan dikerjakan dengan baik lebih ditekankan daripada mendorong pertumbuhan karyawan. Pengendalian terhadap pelaksanaan tugas lebih dominan daripada kebebasan karyawan untuk mengembangkan diri dan meningkatkan kepuasan pribadi. Gaya kepemimpinan dengan kekuasaan penuh dan sedikit sekali atau tidak ada masukan dari karyawan.
Gaya kedua dikenal sebagai gaya kepemimpinan partisipatif atau demokratis yaitu gaya kepemimpinan yabg berorientasi pada karyawan, lebih menekankan pada memotivasi karyawan dalam melaksanakan pekerjaan daripada mengendalikan karyawan. Gaya kepemimpinan dengan menerima masukan dari karyawan tetapi menggunakan wewenangnya untuk mengambil keputusan. Pemimpin yang lebih pada mencari hubungan bersahabat, saling percaya dan saling menghargai dengan karyawan serta adanya partisipasi dalam membuat keputusan yang akan mempengaruhi karyawan
BAB III
KARAKTERISTIK PEMIMPIN
DI LEMBAGA KEMAHASISWAAN
Lembaga, sebuah kata yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Tetapi tidak
semua pribadi memiliki interpretasi yang sama terhadap satu kata ini.
Harfiahnya, Lembaga adalah sebuah wadah yang memiliki orientasi ataupun
tujuan tertentu,begitu pula halnya dengan organisasi, cukup dengan
beberapa orang yang memiliki visi dan misi yang sama,maka terbentuklah
sebuah organisasi. Di sisi lain, lembaga pun dapat memiliki sebuah konotasi, sebagai contoh Lembaga Pemasyarakatan. Eksistensi dan Esensinya mungkin baik,tetapi
tidak semuanya memandang hal itu sama.Begitu pula dalam lembaga kita
ini ,lembaga kemahasiswaan. mahasiswa , sebagai sosok yang dituntut tanggung jawabnya sebagai agent of social control. Jembatan antara masyarakat dan elite politik. Mahasiswa yang menyadari idealisme dan konsep pergerakannya,membutuhkan sebuah wadah untuk bergerak,dengan satu pandangan dan tekad bersama,lahirlah sebuah
lembaga kemahasiswaan.
Organisasi kemahasiswaan juga memiliki karakteristikyang sama dengan organisasi pada umumnya. Hanya saja, organisasi kemahasiswaan mempunyai ciri-ciri suasana dinamika yang khusus yakni :
a)Pencirian idealisme,
b) Ketajaman berpikir,
c)Pembelajaran interelasi sosial,
d) Social responsibility yang tinggi,
e)Hubungan emosional yang kuat,
f) Transformasi personality,
g) Ekspektasi cita-cita,
h) Kecintaan terhadap institusi,
i) Kerja sama tim.
Lembaga kemahasiswaan yang mana memiliki tanggung jawab untuk membangun mahasiswa yang berintegritas dan bermoral harus mampu beradaptasi dengan kondisi masyarakat saat ini. Salah satu permasalahan yang ada di masyarakat adalah cara pandang yang salah terhadap hidup itu sendiri. Masyarakat yang kian terjepit oleh kemerosotan ekonomi maupun budaya membuat mereka tidak bisa berpikir logis dan rasional. Peran mahasiswa melalui lembaga kemahasiswaannya diharapkan mampu mengubah paradigma yang ada di masyarakat supaya lebih positif, kolaboratif, adaptif dan inovatif. Semua hal ini tentu harus dimulai dari para mahasiswa itu sendiri sebagai seorang yang mampu membuat perubahan besar dengan energy besar. Mahasiswa sangat diharapkan memiliki kemampuan untuk berubah dan menyesuaikan aktifitasnya agar lebih produktif dan solutif terhadap permasalahan masyarakat serta memberikan opini positif kepada masyarakat dan menjadi inspirasi bagi masyarakat luas.
Pemimpin organisasi mahasiswa akan menjadi figur sentral dalam setiap denting suara denyut jantung organisasi. Dengan demikian, pemimpin organisasi mahasiswa dinilai sebagai inspirator yang diharapkan dapat membawa organisasi sebagai organisasi yang handal (credible), memiliki kecakapan (capable), diperhitungkan (computable), dan patuh (compliance) terhadap etika dan norma-norma kehidupan kampus. Kepemimpinan mahasiswa saat ini ditunggu oleh masyarakat, baik saat ia masih mahasiswa maupun saat ia sudah menjadi alumi perguruan tinggi. Saat menjadi mahasiswa, kepemimpinan ini bisa dilatih dan dibentuk, adalah tanggung jawab lembaga kemahasiswaan untuk mampu menciptakan sebanyak-banyaknya mahasiswa yang memiliki karakter pemimpin dengan berbagai macam aktivitas. Diharapkan regenerasi kepemimpinan bisa terbentuk sehingga akan ada banyak calon pemimpin masa depan negeri ini. Selain itu, mahasiswa juga bisa memimpin masyarakat dengan membangun opini yang positif dan solutif sehingga memberikan inspirasi kepada masyarakat untuk bergerak dan berubah. Mahasiswa juga bia bergerak bersama masyarakat untuk menghadapi era globalisasi yang diiringi dengan krisis ekonomi dengan membuat usaha bersama, membuka lapangan kerja, dengan bantuan modal dan kompetensi yang dimiliki tentunya mahasiswa bisa berpikir “berapa banyak lapangan kerja yang akan saya buat setelah saya lulus”. Kepemimpinan mahasiswa dalam bentuk membantu dalam advokasi public, seperti membela hak rakyat miskin dengan audiensi ke pemegang kebijakan, memediasi antar kelompok yang bertikai maupun memeberikan usulan kepada pemerintahan yang ada agar kebijakan yang ada bisa bijak untuk masyarakat.
Semangat kepemimpinan mahasiswa dan berjuang untuk rakyat ini sangat berpengaruh terhadap idealisme seseorang setelah lulus perguruan tinggi. Seorang yang memiliki integritas dan bermoral akan terbentuk. Karena ia sudah terbiasa bekerja jujur dan rela berkorban, dimana hal ini menjadi sulit untuk ditemui di masyarakat masa kini. Karakter inilah yang akan membuat Indonesia masa depan akan mandiri, untuk itu mahasiswa harus bisa memanfaatkan waktu perkuliahan ini dengan baik untuk menyiapkan diri menjadi pemimpin bangsa di masa yang akan datang, dimulai dari bangku kuliah menuju istana merdeka.
BAB IV
KEPEMIMPINAN MASA DEPAN
Penelitian mengenai tingkah laku dari orang yang mempunyai pengaruh luar biasa pada organisasi menunjukkan pada beberapa pemimpin organisasi. Teori Bernard M Bass mengenai kepemimpinan transformasional, membandingkan dua tipe tingkah laku kepemimpinan yaitu transaksional dan transformasional.
Pemimpin transaksional menetapkan apa yang harus dilakukan bawahan untuk mencapai tujuan, mengklasifikasikan keperluan tersebut dan membantu bawahan menjadi percaya diri bahwa mereka dapat mencapai tujuan tertentu.
Pemimpin transformasional adalah pemimpin yang lewat visi dan energi pribadi memberi inspirasi para pengikutnya dan mempunyai dampak besar pada organiasasi mereka juga disebut pemimpin karismatik. Mereka memotivasi kita untuk berbuat lebih dari apa yang sesungguhnya diharapkan dari kita, dengan meningkatkan arti penting dan nilai tugas di mata kita dengan mendorong kita mengorbankan kepentingan kita sendiri demi kepentingan tim, organisasi, atau kebijakan yang lebih besar. dan dengan menaikan tingkat kebutuhan kita ke taraf yang lebih tinggi seperti aktualisasi diri.
BAB V
KESIMPULAN
1. Pemimpin dan pimpinan tidaklah sama, Perbedaan mendasar antara pemimpin dan pimpinan adalah dari pola pikir dan cara bekerja. Seorang pemimpin memiliki visi jauh kedapan, sanggup mengadopsi perubahan, sedangkan pimpinan berfikir untuk jangka pendak, melakukan apa yang telah digariskan, kaku dan enggan berubah.
2. Untuk mempelajari kepemimpinan menggunakan bebarapa pendekatan. Pendekatan pertama bahwa kepemimpinan itu tumbuh dari bakat, kedua kepemimpinan tumbuh dari perilaku. Kedua pendekatan diatas berasumsi bahwa seseorang yang memiliki bakat yang cocok atau memperlihatkan perilaku yang sesuai akan muncul sebagai pemimpin dalam situasi kelompok ( organisasi ) apapun yang ia masuki.
3. Lembaga kemahasiswaan yang mana memiliki tanggung jawab untuk membangun mahasiswa yang berintegritas dan bermoral harus mampu beradaptasi dengan kondisi masyarakat saat ini.
4. Pemimpin dalam lembaga kemahasiswaan harus lah lebih memperhatikan apa yang di inginkan oleh anggotanya dalam lembaga kemahasiswaan.
5. Pemimpin transaksional menetapkan apa yang harus dilakukan bawahan untuk mencapai tujuan, mengklasifikasikan keperluan tersebut dan membantu bawahan menjadi percaya diri bahwa mereka dapat mencapai tujuan tertentu.
6. Pemimpin transformasional adalah pemimpin yang lewat visi dan energi pribadi memberi inspirasi para pengikutnya dan mempunyai dampak besar pada organiasasi mereka juga disebut pemimpin karismatik.
DAFTAR PUSTAKA
- http://www. bismanara.blogspot.com/2010/01/apa-beda-kepemimpinan-dan-pemimpin.html
- http://www.Id.svoong.com/2010/01/apa-beda-kepemimpinan-dan pemimpin.html
- http://www. kepemimpinan-fisipuh.blogspot.com/2009/03/definisi-pemimpin.html
- http://www. referensi-kepemimpinan.blogspot.com/2009/04/beberapa-pendekatan-dalam-kepemimpinan.html
- http://www. ringgodoank.blogspot.com/2009/12/pendekatan-situasional-kontingensi.html
- http://www. manajemen-koperasi.blogspot.com/2008/06/kepemimpinan.html
- http://www.students.imtelkom.ac.id/web2.0/index.php/e-mading/etika-kepemimpinan-dalam-berorganisasi.html
- http://www.referensi-kepemimpinan.blogspot.com